Life is too short to wake up in the morning with regrets. So, love the people who treat you right. Forget about the ones who don't, and believe that everything happens for a reason. If you get a change, take it. If it changes your life, let it. Fight your day with your heart, get win and never surrender for what you believed. Always spread love, always thankfull for what God gives to us. Remember, no body said it would be easy. They just promised it would be worth it.



Selasa, Desember 21

Selamat Hari Ibu...

  Hari ini tanggal 22 Desember 2010
Kepada semua ibu-ibu yang hebat, yang luar biasa, yang tangguh, yang penuh sayang, yang selalu penuh perhatian, yang selalu mengajak keluarganya untuk selalu tersenyum, yang selalu berjuang, yang selalu meningkatkan pengetahuannya, yang tak pernah lupa memeluk anak-anaknya, yang selalu mengucapkan kalimat sayang, yang mendorong dan memotivasi, yang tak henti-hentinya berdo'a, yang selalu mencintai lingkungannya, yang selalu menjadikan apapun yang dilakukan sebagai ladang amal, yang tak pernah mengeluh, yang menjadikan dirinya sebagai istri yang sabar, yang selalu menjadi pendamping suaminya dikala senang dan susah, yang selalu menerima suaminya apa adanya, yang menjadi contoh pimpinan wanita yang baik bagi anak buahnya, yang selalu membantu karyawannya dan peduli, yang selalu ber -SE\m/ANGAT.....
Yeaaahhhhh.... It's great to be a mom.... always thankfull for everything we got. Just remember, women can change the world......Be a good woman, be a good wife, be a good people...BE A GOOD MOM...horeeee...This is your Day, Mom...Spread your love to your family...Keep Movin' On..!!! 

Senin, Desember 20

Recovery of Merapi



Setelah hampir 2 bulan meletusnya Merapi, apa yang terjadi dikawasan-kawasan sekitar ? lets check it out ! 
Pagi-pagi jam setengah tujuh di hari Minggu yang adem, belum mandi, pake' sandal jepit, bawa 2 motor melajulah kami, me with my boys menuju Kali gendol yang fenomenal sejak meletusnya merapi tahun ini. Melaju saja kearah utara dari jalan alternatif  magelang-jogja-solo bila dari arah kalasan. Terakhir kesana sekitar tahun 2008 lalu, jembatan memang sudah rusak setelah erupsi tahun 2006, dan sekarang... dan kagetlah saya, begitu masuk kawasan Kali Gendol, ramai kendaraan, mobil, motor dan orang lalu lalang, bahkan beberapa penjaja makanan dan pedagang asongan turut berpartisipasi. Kukira ada event apa gitu, ternyata pagi itu semua orang ingin melihat langsung kondisi Kali Gendol. 



Seingatku, terakhir kali melintas ke Kali Gendol beberapa tahun lalu, it means tersesat kesana, belum ada batu besar itu. Suamiku bilang juga sama. Berarti batu besar itu terlempar kemarin waktu Merapi meletus. Wuih...Luar biasa ya lontarannya. Kali Gendol terletak sekitar 6-7 km dari Merapi. 
Dari tukang parkir yang kutanya, ternyata sudah hampir 4 hari lokasi ini ramai pengunjung. "Sehari dapet berapa Pak?", tanyaku. "Ya, paling sedikit 500 ribu." Kata si tukang Parkir. Yang katanya juga, semua masuk ke kas Desa untuk me'Recovery" Desa-desa sekitar Kali Gendol.
Begitu menginjak tanah disekitar lokasi, bau belerang, bau kayu-kayu terbakar masih sangat terasa. Bahkan Tanah/pasir Merapi masih hangat ketika terinjak. Ada beberapa kepulan asap dibeberapa tempat. Kulihat alat pengeruk sedang bekerja, kemungkinan besar sedang membuka kembali jalan aliran lahar dingin, agar dapat dimanfaatkan lagi. Tinggi pasir sekitar 4-5 m dari jalan sekitar. Luar biasa ya.
Jangan salah, itu bukan asap debu, tapi asap panas yang keluar dari dalam pasir  
 Dan tumbuhan-tumbuhan habis terbakar dan mati kena luncuran awan panas.
 let see my boys asyik bereksplorasi dengan panasnya air.. buat merebus telur pun kurasa pasti matang.
Setelah puas dibawah, naiklah kami keatas dan berjalan kesamping Kali, terlihatlah kekuasaan Alloh yang luar biasa. Beberapa rumah yang hancur, dan ada sebuah rumah tingkat yang masih terlihat bagus tetapi semua penghuninya meninggal kecuali salah satu anaknya karena dia tidak ikut lari keluar tetapi berlindung dengan membungkus tubuhnya dengan kasur. Hal ini diceritakan oleh seorang Bapak yang berdiri disamping suamiku, karena anak yang masih hidup itu adalah mahasiswanya.
 Rumah ini terletak diseberang rumah tingkat tersebut
 Dari keterangan penduduk sekitar jumlah meninggal diseberang sungai ada sekitar 16 warga

 alhamdulillah masjid masih berdiri kokoh, sehingga masih bisa dimanfaatkan oleh warga sekitar
Akhirnya, alih-alih mau pulang, ternyata kami malah melaju kearah Desa wisata Petung, dan disanalah kami berada, Di Desa Kepuharjo. Perjalanan kesana sangat unik, kami dicegat oleh beberapa warga untuk meminta sumbangan sukarela. Setelah naik kurang lebih sekiloan...jalan macet. Ya, bukan hanya Jakarta yang macet, tapi jalan menuju puncak Merapi pun macet. Aku sendiri bingung, emang segitu banyak orang sampai macet nih. Ternyataaa... disebelah kiri jalan dipalang oleh warga lagi dan ditarik iuran sebesar Rp. 5000. Ee lha.., kukira per motor atau permobil, ternyata perkepala... Hahahaha..luar biasa, tapi It's okey, ikut aja..berarti kita ikut andil dalam me'recovery' desa tersebut kan.
Ya Alloh...! Bencana ini takkan membuat kami berpaling dariMu...
Nice quote..!!!!
Ayo Bapak-bapak,..Keep the spirits  
Jangan Patah SEMANGAT..!!!
Walaupun megang stir motor, tangan kiri tetap gatal buat ngeluarin kamera dari kantong tas, dan memotret tulisan, sambil lalu aja dengan tangan kiri dan motor tetap melaju, ditengah-tengah kroditnya jalan...hahahaha..ternyata, nge'shoot nya tepat juga.
Harus cepat-cepat atau helm kita kena gethok motor samping karena merasa terganggu. Maap-maap...
Yeee..akhirnya sampai juga setelah berapa kilo ya, hmmm sekitar 2-3 kilo, jalan naik terus, dan aku merasa yakin jalan yang kulalui adalah jalur evakuasi dimana beberapa relawan dan kru tv berlari-lari turun gunung. Sampailah kita dikaki gunung. Subhanalloh, Merapi begitu dekat. Jarak sekitar 2-3 km dari Merapi. Atau lebih ya? heheheheh... Yang jelas, deket banget. Dan menurut informasi warga, Desa inilah sebagai desa terakhir sekarang, karena diatasnya adalah kampung Mbah Maridjan.



Ada 2 rumah disini yang mulai diperbaiki oleh pemilik rumah dengan dibantu oleh para relawan. Kusempatkan berbincang-bincang dengan saudara dari pemilik rumah tersebut. Semoga saja rumah itu kelak memberikan manfaat ekonomis, dilihat dari prospek wisata di Desa tersebut. Relawan yang membantu datang dari berbagai daerah, juga dari beberapa desa disekitar Merapi. 

Ketika saat pulang turun gunung, sempat bertemu 9 truk dan beberapa mobil bak terbuka membawa relawan. Luar biasa, ternyata semangat untuk melakukan "recovery" masih ada. Semoga semua desa yang terkena dampak letusan Merapi dapat bangkit kembali, bernafas lagi dan kembali menyatu dengan Merapi lagi. Dan beberapa hari ini terdengar kabar gembira pula dari stasiun tv yang mengabarkan sekitar 2600 an rumah /shelter (mungki  lebih) bagi para pengungsi Merapi yang kehilangan tempat tinggal akan selesai seluruhnya pada akhir Januari 2011. Amien. Dan pengungsi di Stadion Maguwo akan segera dipindahkan. Ah, semoga kehidupan mereka menjadi normal kembali.

Selasa, Desember 14

Parents,....BEWARE...!!!!

Pagi hari ini tanggal 15 Desember 2010, dari stasiun tv swasta menyiarkan berita bahwa di Surabaya ada 2 orang siswa murid kelas 5 SD menganiaya dan me'malak" temannya Rp. 5000,- Dua anak laki-laki tersebut diadukan oleh ibu dari korban ke Polisi dan di proses lah keduanya di Pengadilan. Ibu korban sempat mengadukan kejadian yang menimpa anaknya ke sekolah, tetapi tidak ada tanggapan dan tindak lanjut dari pihak sekolah, sehingga Si Ibu akhirnya melaporkannya ke polisi. Pengadilan memutuskan kedua anak tersangka "bersalah",..dan alhamdulillah Pengadilan masih mempunyai hati nurani sehingga walaupun putusan Pengadilan adalah "bersalah" tetapi kedua anak dikembalikan kepada orangtuanya, dan orangtua harus dapat membina anak mereka. Dan diperlihatkan juga gambar teman2nya yang menangis. Entah menangis untuk temannya yang jadi korban atau untuk temannya yang disidang di Pengadilan.
Bagaimana jika si Ibu korban tidak melaporkan ke Polisi? Bagaimana jika Pengadilan memutuskan bahwa anak harus di "sel" kan atau di masukkan lembaga Pemasyarakatan Anak?  
 
Seandainya pihak sekolah mau mendengarkan keluhan orangtua dan mau ikut berpartisipasi dalam pembinaan anak, tentu hal-hal tersebut dapat dihindarkan. Apabila si Ibu tidak melaporkan ke Polisi, tentu si anak pelaku bisa jadi akan terus melakukan aksinya dan semakin banyak korban lagi. Tetapi apabila si anak pelaku dihukum dan di"sel"kan, apakah juga akan lebih baik bagi kelak kehidupannya nanti? Syukurlah, si anak dapat kembali ke orangtuanya, dan terjadilah "pembelajaran" disini, bagi si anak pelaku, maupun bagi orangtuanya. Dan di masyarakat kita, semoga tidak ada yang "mencibir" atas tindakan yang dilakukan / pelaporan yang dilakukan oleh Ibu korban.Karena sebelum lapor ke Polisi sudah ada upaya melaporkan ke pihak Sekolah.

Kejadian yang pernah langsung kualami adalah pada tahun 2006 lalu, pada saat menunggu anak sekolah di TK, biasanya mereka akan bermain berkelompok dari kelas yang sama. Nah, ada seorang anak yang agak gendut, ketika akan naik ke panjatan untuk main luncuran, diatas dihadang oleh temannya dan diminta uangnya. Yang aku dengar saat itu adalah,"Ayo, bayar karcis dulu!". Tetapi tidak meminta kepada anak yang lainnya. Sesaat kuperhatikan, dan ternyata bukan main-main, karena uang sebesar Rp. 1000,- tersebut saat lonceng berdentang tanda selesai istirahat tidak kulihat dikembalikan. Karena aku kenal anak dan orangtuanya, kudekati dan kutanya, " Tadi tante lihat kamu minta uangnya Digma ya?, Dikembalikan ya,dan jangan lupa minta maaf ya", kataku. Si anak nurut dan mengembalikan uang "hasil dia memalak". Dan kebetulan si anak pelaku memang agak sedikit berbeda dengan teman yang lain, yang mungkin orang lain akan bilang: nakal. Pernah juga, seorang anak menangis (teman anakku juga), dan ternyata dia menangis karena ingin ikut main dengan teman-temannya, tetapi tidak diperbolehkan oleh anak pelaku tadi. Aaaaah... padahal ini baru TK. Bagaimana dengan anak-anak kita ketika mereka di sekolahan lanjutan nantinya?   
Sepertinya kejadian ini akan terus berulang, apabila tidak ada kepedulian dari semua pihak, dari orang tua, dan pihak diluar lingkungan keluarga, yaitu sekolah dan masyarakat.Alangkah senangnya dunia ini, jika anak-anak kita berangkat ke sekolah dengan senyuman dan pulang kembali kerumah juga dengan senyuman. 
Remember,... It should't hurt to be a child...!!! 


  

Jumat, Desember 10

Long Distance family


Yaaa..welcome to my family,...we are a kind of long distance family....Enak ? Jelas tidak..!! Tak pernah terbayangkan ketika harus jauh dari anak-anak. Dengan suami jelas jauh-jauhan, karena memang dari awal married kami dari satu instansi yang harus berpindah-pindah kota. Tak ku ikuti,c'mon, gets reality, kalo' aku ngikut, belom selesai benah-benah rumah, belum dapet sekolah anak-anak, atau sudah dapat tapi baru jalan beberapa bulan atau parahnya baru beberapa minggu, ayahnya pindah lagi..halah..!! kasian anak-anak jadinya. Kita sebagai orangtua sih santai aja nyesuaikan lingkungan, tapi anak-anak kita ? Bukan hanya perasaan kita yang kita pikirkan, perasaan anak-anak jauh lebih penting.
Hmmm..well, dalam keluarga semua pilihan sama beratnya, masing-masing punya konsekuensi. Hukum sebab akibat selalu jalan. 

Dalam long distance family, ayah dimana, ibu dimana, anak dimana. 
Parah? Tergantung dari sudut pandang. Pembenaran ? bisa jadi.. What should we have to do? 
Kebetulan apa yang kualami baru terjadi sekarang, mungkin beberapa keluarga telah lama mengalami. I've a comittment with my husband, si ayah boleh kemana aja, pindah-pindah, tetapi anak-anak harus dengan ibunya.


Dan pada saat sk mutasi keluar, namaku tertera di SK dan menunjuk suatu kota yang...hiks..jauh dari anak-anak. Yeaah..shock ? jelas..!!. I 've two option : go n' not to go. Go, berarti harus kujalani, Not to go : berarti aku harus keluar dari institusiku dan menjadi ibu rumah tangga. Anak-anak diajak pindah ? Jelas..!! Apakah mereka mau ? Adik mau kalo' kakak mau. Dan si Kakak tidak mau. Atasan ku sempat bilang : "Udah, anak-anak di doktrin aja, harus mau pindah. Toh, sekolahan bagus dimana-mana ada."
Doktrin ? that's never happen in my family..!!!


Suara anak-anak harus didengarkan orangtua. Orangtua tidak boleh semena-mena. We can give them many option, too. Kalo' begini nanti begini, kalo' begitu nanti begitu. Biarkan mereka berpikir dan mengerti akan pilihan yang mereka ambil beserta konsekuensinya. Kita sebagai orangtua hanya mengarahkan, memberi alternative yang baik tanpa memaksa. Memberi pengertian dengan semua kasih sayang yang kita miliki. Dan subhanalloh,we can do..setiap jalan yang diambil selalu ada hikmah yang menyertainya, ketika kita mau berpikir dan bersyukur. Tapiii...biasalah, awal-awal minggu adalah hari-hari terberat buat si Ibu, menangis bombay, konsentrasi kerja hilang, nafsu makan hilang, n' many more..termasuk tagihan telepon yang membengkak jadi 200%. Dan si anak ? dari telpon-telponan with my boys, ternyata mereka masih enjoy dengan kegiatan sekolah, asyik bercanda dirumah. Padahal aku dan my boys gak pernah semalem pun gak tidur bareng..sekarang ? Maafkan ibu sayang. Dan ketika pilihan untuk keluar akan diambil, beberapa orang yang tergantung sama kita menunggu nasib juga untuk menjadi pengangguran. Aaahh..pilihan yang sulit. 

Pernah suatu tengah malam, semua perasaan sedih, menyesal karena merepotkan banyak orang yang harus nungguin anak-anak, kangen, tumpah ruah jadi satu. Dan yang bisa dilakuin hanya menangis dan berdoa. N' what's happen with my brave kids at the same time? Pada saat itu, si adik tidurnya mengigau manggil-manggil si ibu. Aaahhh.. Dan saat itu kuputuskan dalam hati, kalo' sedih harus dibikin senang, kita telpon mereka, bercanda jarak jauh. Agar perasaan sedih kita tak menular kepada si anak. Kalo' hati senang, dengarkan suara mereka, suara mereka pun pasti terdengar riang. Horeeee...
Dan apakah kualitas keluarga yang tidak terpisah pasti bagus? Seharusnya iya. Dan bagaimana dengan long distance family like us? Yaaa... yg bisa kulakuin hanya memaksimalkan waktu saat berada ditengah-tengah mereka. Mungkin walaupun keluarga itu setiap hari bertemu, ada kata : "Maaf sayang, ibu capek. Sama mbak aja ya mandinya?" atau "Sama mbak aja ya makannya", atau "ah, ibu belikan lauk kesukaanmu aja ya, kalau masak kelamaan". " "Yaa.., kan ada guru les, kenapa sama ibu belajarnya ?, Ibu masih ada kerjaan nih." Dan so many excuse lainnya.


Begitulah, cara yang mungkin harus kita buang, kalimat-kalimat excuse, karena secapek apapun, kita pasti bekerja untuk institusi atau atasan kita saat tenaga kita dibutuhkan. Nah, kalo' anak-anak perlu tenaga kita ? maukah secapek apapun kita luangkan waktu buat mereka ? Sekedar perang-perangan bantal, memberi makan kelinci kesayangan mereka, nonton film kartun bareng atau bahkan maen ps gitar heroes bareng...hahahahahah... It's a wonderfull time.
Atau malah kita asik sendiri membaca koran atau majalah langganan kita, asik dengan facebook dan hp kita, membuat janji ketemu teman-teman lama, bersih-bersih rumah dalam tempo waktu yang lumayan lama, belanja ke mall (walaupun mengajak anak-anak tapi kita asik sendiri di stand baju)...yeah..that's your choice.. Bukankah seharusnya kita bersyukur masih diberi banyak waktu, bertemu setiap hari bersama anak-anak kita, bermain, belajar, makan bersama, do something together... I wish I could do that everyday.....
Kita hanya bisa berusaha menjadi ibu yang baik buat anak-anak kita. Walaupun jarak jauh, semoga kita bisa memaksimalkan waktu saat-saat bertemu dengan mereka. Atau kita luangkan waktu sekedar untuk tahu dan bertanya pada mereka ,apa yang mereka lakukan, sudah makan atau belum, sudah sholat belum, lagi belajar apa, tadi belajar apa di sekolah, dapat nilai berapa, bermain dengan siapa di sekolah, bisa mengerjakan ujian dan tugas di sekolah atau tidak, senang tidak disekolah..dan hal-hal yang mungkin sesuatu yang kecil tapi sangat berarti bagi mereka ketika mereka tahu bahwa ada perhatian atas semua yang mereka lakukan seharian.
 For my boys,..Mom always want to hug U forever...maafin Ibu sayang, karena tak selalu ada setiap hari untuk kalian..
Dan ketika sabtu-minggu tlah habis, saatnya long distance dimulai...duuuh...
So, ketika pilihan senin pagi baru berangkat keluar kota (too late to get to the office) setelah mengantar dan melihat anak-anak ke sekolah mereka,dengan konsekuensi sanksi menunggu..yeah.. just say : Life is a choice..!!!

Kamis, November 25

Yes...we can do !!!

Tugas terpenting kita sebagai orangtua
adalah membesarkan anak-anak
yang akan menjadi orang-orang baik,
bertanggung jawab dan peduli 
serta membaktikan diri 
untuk menjadikan dunia ini
menjadi tempat yang adil dan penuh kasih
bagi kita dan anak-anak kita.
Kita dapat menghiasi sebuah dunia
yang lebih hangat dan lebih baik
yang akan menyingkirkan kegelapan
dan isolasi.
                        ~ Neil Kurshan ~ 
                 Raising Your Child to be a Mensch

Bukan pendapat pribadi, tapi pengulasan akan sebuah buku yang menginspirasi ku (..sangat..!!), dari Barbara Coloroso, buku lawas namun tak lekang jaman. Dengan halaman yang kusertakan, .... come..enjoy n' share it to all childs and they parents in the world...
 STOP PENINDASAN !!!
Penindasan adalah tindakan intimidasi yg dilakukan oleh pihak yg lebih kuat terhadap pihak yg lebih lemah. Penindasan adalah isu hidup-dan-mati yg kita abaikan risikonya pada anak-anak kita. Penindasan tidak bisa atau diremehkan oleh orang dewasa, dianggap enteng, dihapuskan atau disangkal. Ribuan anak pergi ke sekolah setiap hari dengan penuh rasa takut dan gemetaran, yg lain berpura-pura sakit agar terhindar dari olok-olok. Yang menderita akibat adanya penindasan ini tdk hanya anak yg tertindas. Anak-anak penindas banyak yg terus memiliki perilaku sebagai penindas hingga dewasa, sehingga kemungkinan besar mereka kelak akan menindas anak-anak mereka sendiri, gagal dalam hubungan antarpribadi, kehilangan pekerjaan, dan berakhir di penjara. (12)
AND WHERE ARE YOU...???
Para penonton melakukan satu dari keempat hal berikut : (36)
  • tetap ketakutan atas penindasan tersebut dan terus menyalahkan target karena telah menjadi korban
  • bergabung dengan penindasan tersebut
  • karena tidak melihat ada yg campur tangan, lalu mengangkat bahu, merasa tidak berdaya untuk menghentikan penindasan, atau yang lebih buruk dari itu :
  • merasa tidak perlu menghentikannya.
 Para penonton juga terperangkap dalam pertempuran ini. Mereka tumbuh dengan dipenuhi rasa bersalah atau menjadi sangat tidak peka pada kekerasan sehingga menganggap penindasan hanya sebagai bagian dari masa kecil, bukan masalah besar, hanya cara lain untuk menguatkan anak.(37)
Ada 3 jenis penindasan yaitu : (47)
1. Verbal : dapat berupa julukan nam, fitnah, kritik kejam, penghinaan baik yg bersifat pribadi maupun rasial. Merupakan salah satu jenis penindasan yg paling mudah dilakukan , kerap merupakan pintu masuk menuju ke penindasan lainnya, serta dapat menjadi langkah pertama menuju kekerasan yg lebih kejam dan merendahkan martabat.
2. Fisik : merupakan jenis penindasan yg paling tampak dan paling dapat diidentifikasi diantara bentuk-bentuk penindasan lainnya. Contoh : memukuli, mencekik, menyikut, menggigit, menendang, mencakar, memiting serta meludahi anak yg ditindas, merusak barang-barang milik anak tertindas.
3. Relasional : Jenis ini paling sulit dideteksi. Penindasan relasional adalah pelemahan harga diri si korban secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan, pengecualian atau penghindaran. Penghindaran suatu tindakan penyingkiran merupakan alat penindasan yg terkuat.
TANDA-TANDA PERINGATAN....(107)
  • Adanya penurunan minat yg tiba-tiba di sekolah atau tidak mau pergi ke sekolah.
  • Rute yg ditempuh anak utk pergi ke sekolah adalah tdk lazim.
  • Prestasi anak di kelas menurun.
  • Anak tidak mau terlibat dalam kegiatan keluarga dan sekolah, mereka ingin dibiarkan sendiri.
  • Sepulang sekolah, anak merasa kelaparan serta mengaku kehilangan uang jajan atau tidak lapar di sekolah.
  • Anak mencuri uang orangtua dan membuat dalih yg sulit dipercaya.
  • Sesampainya dirumah, anak tergesa-gesa pergi ke kamar mandi (karena anak merasa lebih baik untuk menahannya walaupun berisiko terkena infeksi kandung kemih).
  • Anak merasa sedih, pendiam tetapi gampang marah. Atau anak menjadi ketakutan setelah menerima telepon atau email.
  • Anak melakukan sesuatu yg bukan karakternya.
  • Anak menggunakan bahasa yg merendahkan atau menjatuhkan martabat ketika bicara tentang rekan-rekan sebayanya.
  • Anak anda tidak lagi menceritakan rekan-rekan sebaya atai aktivitas sehari-hari.
  • Baju berantakan, robek atau hilang.
  • Anak menderita cedera fisik yg tidak konsisten dengan penjelasannya.
  • Anak mengalami sakit perut, pusing, kepanikan, keadaan sulit tidur atau sangat sering tidur, dan kelelahan.
Sebagai orangtua, kita tidak boleh membutakan mata, kita harus memikirkan hal-hal yg tak terpikirkan dan melihat hal yg sesungguhnya terjadi dari sebuah generasi yg kehilangan jalannya. Mereka yg hanya berdiam diri adalah bagian dari permasalahan ini. (125)
Tak seorangpun diantara kita ingin berpikir bahwa anak kita menindas anak-anak lain. Tindakan yg meneror, mengintimidasi, mengucilkan, menyiksa dan mencemooh adalah bukan persaingan antar saudara kandung atau konflik dengan teman sebaya. TINDAKAN  TERSEBUT ADALAH PENINDASAN..!!! (196)
Adalah penting untuk tidak menghukum anak. Dengan menghukum anak, maka anda hanya akan mengajari bersifat lebih agresif dan senang menyakiti. Lebih penting lagi, hukuman akan merendahkan, mempermalukan dan menghilangkan martabat anak-anak yg menjadi objeknya. (197)
Kekuatan hubungan milik anak kita, yg dilandasi komitmen dan kepedulian, sebagian ditentukan oleh jenis keluarga tempat tinggal mereka. Sekolah dan masyarakat juga memainkan peran penting, NAMUN RUMAH ADALAH TEMPAT ANAK-ANAK MENDAPAT PELAJARAN PERTAMA DALAM PENDIDIKAN MORAL MEREKA. (149)

Ada 3 jenis keluarga yaitu : (150)
  •  KELUARGA TEMBOK BATA
dalam keluarga ini termasuk mereka yg : 
- orangtua memiliki wewenang absolut, meneguhkan perintah2, dan selalu menang
- Penegakan hukum secara kaku melalui kekerasan aktual ataupun khayalan serta ancaman
- Upaya untuk mematahkan kehendak dan semangat anak dengan memberi rasa takut dan hukuman
- Penggunaan hinaan
-Penggunaan ancaman dan penyuapan (imbalan - adanya kontraproduktif untuk mempromosikan kebaikan)
- Sangat mengandalkan kompetisi
- Pembelajaran terjadi dalam sebuah atmosfer ketakutan
- Anak diajari tentang hal yg harus dipikirkan dan bukan cara memikirkannya.
Dari luar keluarga tembok bata kerap tampak seperti unit yg terikat erat. Tetapi itu hanyalah bagian luarnya saja. Dibawah permukaannya, terdapat beragam perasaan yg berubah-ubah, rasa marah, kemurkaan, degradasi, dan rasa frustasi yg terpelihara  oleh adanya dorongan yg kasar, paksaan atau intimidasi dan menunggu untuk meledak.
  • KELUARGA UBUR-UBUR
yaitu mereka yang :
-hukuman dan imbalan bersifat sembarang dan tidak konsisten
- Kesempatan kedua kadang diberikan kadang tidak.
- Ancaman dan penyuapan adalah hal yg biasa.
- Perilaku orangtua dan anak-anak dikendalikan oleh emosi. (anak-anak tidak diajari cara mengindentifikasi atau mengekspresikan perasaan-perasaan mereka sendiri secara bertanggung jawab, orangtua akan memanjakan anak atau mencoba memiliki perasaan-perasaan untuk anak-anak mereka, bukannya mendorong sang anak untuk mengelola perasaannya sendiri).
- Cinta memiliki banyak syarat. Guna mendapat kasih sayang atau persetujuan, anak-anak harus menyenangkan orangtua mereka.
Dalam keluarga ubur-ubur ini, anak-anak bisa selamat, namun mereka tidak dapat berkembang secara sehat dalam sebuah lingkungan. 
  • KELUARGA TULANG BELAKANG
Tipe ini dapat muncul dari berbagai bentuk, ukuran dan warna. Mereka tidak datang dari latar belakang atau strata sosial tertentu. Mereka tidak tinggal dalam lingkungan tempat tinggal tertentu. Mereka tidak mesti dipimpin oleh orangtua yg lebih tua atau yg lebih muda. Mereka tidak harus religius atau non religius. Mereka juga tidak mesti berasal dari suatu ras atau etnis tertentu. Mereka tidak hanya dicirikan oleh tindakan yg mereka lakukan atau yg tidak mereka lakukan, tetapi oleh cara mereka menyeimbangkan antara kepedulian kepada diri sendiri dan kepedulian pada masyarakat dalam semua hal yg mereka lakukan. Sikap saling ketergantungan diakui. Tidak ada siklus kekerasan disini, yg ada hanya lingkar kepedulian yg terus berkembang. 
Karakter yg mereka miliki adalah tidak bersifat hierarkhis, tidak birokratis, atau tidak kejam. Orangtua tipe ini tidak menuntut penghargaan, mereka mendemonstrasikan dan mengajarkan. Mereka yg disini adalah :
- Orangtua mengembangkan jaringan dukungan buat anak-anaknya melalui enam pesan kehidupan kritis yg diberikan setiap hari yaitu :
1. saya percaya kepadamu
2. Saya mempercayaimu.
3. Saya tahu bahwa kamu dapat mengatasi masalah dalam kehidupan.
4. Kamu didengar.
5. Kamu dipedulikan.
6. Kamu penting bagi saya.
- Demokrasi dipelajari melalui pengalaman.
- Sebuah lingkungan yg diciptakan adalah lingkungan kondunsif untuk aktivitas kreatif, konstruktif dan bertanggung jawab.
- Disiplin diberikan sedemikian rupa sehingga anak-anak dapat belajar.
- Peraturan-peraturan cenderung sederhana dan dinyatakan dengan jelas.
- Konsekuensi-konsekuensi bagi perilaku yg tidak bertanggung jawab bersifat alamiah atau cukup beralasan.
- anak-anak mendapat kesempatan kedua.
- Anak-anak termotivasi untuk menjadi siapapun yg mereka bisa. 
- Anak-anak menerima banyak senyuman, pelukan dan kebahagiaan.
- Anak-anak belajar untuk menerima perasaan mereka sendiri dan bertindak dengan bertanggung jawab pada perasaan-perasaan itu melalui kesadaran diri yg kuat.
- Kompetensi dan kerjasama dicontohkan dan disorong.
- Cinta tak bersyarat. Karena mereka adalah anak-anak dan bukan karena alasan apapun, mereka punya martabat dan nilai, karena memang demikian adanya.
- Anak-anak diajari cara berpikir.
- Anak-anak dilindungi dari kemungkinan terkena dampak sang penindas atau dari kebutuhan menjadi seorang penindas, melalui peneguhan pesan-pesan yg menyuburkan suatu kesadaran diri yg kuat setiap hari.
- Keluarga mau mencari pertolongan. Permasalahan-permasalahan tidak disangkal atau disembunyikan. Orangtua mengetahui saat yg tepat untuk mencari saran dari orang yg lebih tua atau para pakar dan menerima saran dengan hati dan pikiran terbuka.

Well..which way do you choose as a parents to your child ? It's all depends on your hand...