Setelah hampir 2 bulan meletusnya Merapi, apa yang terjadi dikawasan-kawasan sekitar ? lets check it out !
Pagi-pagi jam setengah tujuh di hari Minggu yang adem, belum mandi, pake' sandal jepit, bawa 2 motor melajulah kami, me with my boys menuju Kali gendol yang fenomenal sejak meletusnya merapi tahun ini. Melaju saja kearah utara dari jalan alternatif magelang-jogja-solo bila dari arah kalasan. Terakhir kesana sekitar tahun 2008 lalu, jembatan memang sudah rusak setelah erupsi tahun 2006, dan sekarang... dan kagetlah saya, begitu masuk kawasan Kali Gendol, ramai kendaraan, mobil, motor dan orang lalu lalang, bahkan beberapa penjaja makanan dan pedagang asongan turut berpartisipasi. Kukira ada event apa gitu, ternyata pagi itu semua orang ingin melihat langsung kondisi Kali Gendol.
Seingatku, terakhir kali melintas ke Kali Gendol beberapa tahun lalu, it means tersesat kesana, belum ada batu besar itu. Suamiku bilang juga sama. Berarti batu besar itu terlempar kemarin waktu Merapi meletus. Wuih...Luar biasa ya lontarannya. Kali Gendol terletak sekitar 6-7 km dari Merapi.
Dari tukang parkir yang kutanya, ternyata sudah hampir 4 hari lokasi ini ramai pengunjung. "Sehari dapet berapa Pak?", tanyaku. "Ya, paling sedikit 500 ribu." Kata si tukang Parkir. Yang katanya juga, semua masuk ke kas Desa untuk me'Recovery" Desa-desa sekitar Kali Gendol.
 |
Begitu menginjak tanah disekitar lokasi, bau belerang, bau kayu-kayu terbakar masih sangat terasa. Bahkan Tanah/pasir Merapi masih hangat ketika terinjak. Ada beberapa kepulan asap dibeberapa tempat. Kulihat alat pengeruk sedang bekerja, kemungkinan besar sedang membuka kembali jalan aliran lahar dingin, agar dapat dimanfaatkan lagi. Tinggi pasir sekitar 4-5 m dari jalan sekitar. Luar biasa ya. |
|
 |
Jangan salah, itu bukan asap debu, tapi asap panas yang keluar dari dalam pasir | | |
Dan tumbuhan-tumbuhan habis terbakar dan mati kena luncuran awan panas.
let see my boys asyik bereksplorasi dengan panasnya air.. buat merebus telur pun kurasa pasti matang.
Setelah puas dibawah, naiklah kami keatas dan berjalan kesamping Kali, terlihatlah kekuasaan Alloh yang luar biasa. Beberapa rumah yang hancur, dan ada sebuah rumah tingkat yang masih terlihat bagus tetapi semua penghuninya meninggal kecuali salah satu anaknya karena dia tidak ikut lari keluar tetapi berlindung dengan membungkus tubuhnya dengan kasur. Hal ini diceritakan oleh seorang Bapak yang berdiri disamping suamiku, karena anak yang masih hidup itu adalah mahasiswanya.
Rumah ini terletak diseberang rumah tingkat tersebut
Dari keterangan penduduk sekitar jumlah meninggal diseberang sungai ada sekitar 16 warga
alhamdulillah masjid masih berdiri kokoh, sehingga masih bisa dimanfaatkan oleh warga sekitar
Akhirnya, alih-alih mau pulang, ternyata kami malah melaju kearah Desa wisata Petung, dan disanalah kami berada, Di Desa Kepuharjo. Perjalanan kesana sangat unik, kami dicegat oleh beberapa warga untuk meminta sumbangan sukarela. Setelah naik kurang lebih sekiloan...jalan macet. Ya, bukan hanya Jakarta yang macet, tapi jalan menuju puncak Merapi pun macet. Aku sendiri bingung, emang segitu banyak orang sampai macet nih. Ternyataaa... disebelah kiri jalan dipalang oleh warga lagi dan ditarik iuran sebesar Rp. 5000. Ee lha.., kukira per motor atau permobil, ternyata perkepala... Hahahaha..luar biasa, tapi It's okey, ikut aja..berarti kita ikut andil dalam me'recovery' desa tersebut kan.
Ya Alloh...! Bencana ini takkan membuat kami berpaling dariMu...
Nice quote..!!!!
Ayo Bapak-bapak,..Keep the spirits
Jangan Patah SEMANGAT..!!!
Walaupun megang stir motor, tangan kiri tetap gatal buat ngeluarin kamera dari kantong tas, dan memotret tulisan, sambil lalu aja dengan tangan kiri dan motor tetap melaju, ditengah-tengah kroditnya jalan...hahahaha..ternyata, nge'shoot nya tepat juga.
Harus cepat-cepat atau helm kita kena gethok motor samping karena merasa terganggu. Maap-maap...
Yeee..akhirnya sampai juga setelah berapa kilo ya, hmmm sekitar 2-3 kilo, jalan naik terus, dan aku merasa yakin jalan yang kulalui adalah jalur evakuasi dimana beberapa relawan dan kru tv berlari-lari turun gunung. Sampailah kita dikaki gunung. Subhanalloh, Merapi begitu dekat. Jarak sekitar 2-3 km dari Merapi. Atau lebih ya? heheheheh... Yang jelas, deket banget. Dan menurut informasi warga, Desa inilah sebagai desa terakhir sekarang, karena diatasnya adalah kampung Mbah Maridjan.
Ada 2 rumah disini yang mulai diperbaiki oleh pemilik rumah dengan dibantu oleh para relawan. Kusempatkan berbincang-bincang dengan saudara dari pemilik rumah tersebut. Semoga saja rumah itu kelak memberikan manfaat ekonomis, dilihat dari prospek wisata di Desa tersebut. Relawan yang membantu datang dari berbagai daerah, juga dari beberapa desa disekitar Merapi.

Ketika saat pulang turun gunung, sempat bertemu 9 truk dan beberapa mobil bak terbuka membawa relawan. Luar biasa, ternyata semangat untuk melakukan "recovery" masih ada. Semoga semua desa yang terkena dampak letusan Merapi dapat bangkit kembali, bernafas lagi dan kembali menyatu dengan Merapi lagi. Dan beberapa hari ini terdengar kabar gembira pula dari stasiun tv yang mengabarkan sekitar 2600 an rumah /shelter (mungki lebih) bagi para pengungsi Merapi yang kehilangan tempat tinggal akan selesai seluruhnya pada akhir Januari 2011. Amien. Dan pengungsi di Stadion Maguwo akan segera dipindahkan. Ah, semoga kehidupan mereka menjadi normal kembali.