Pas mo pulang mandi dan ganti baju sebelum ngejar Bus ke Jogjakarta, naek motor, lewat jalan kampung, dari kejauhan terlihat dua anak perempuan kecil, yang satu sekitar umur 2,5 tahun, satunya 3,5 tahunan lah, beda dikit. Dua-duanya kurus dengan baju yang menunjukkan bahwa mereka adalah anak kampung. Dan mereka asik melihat sungai yang dalamnya sekitar 3 meter. Huaduuuhhh... (mikir, ni anak sama siapa?). Kupelankan motor kepinggir, karena kulihat tak ada orang dewasa disekitarnya. Sambil neriakin tuh anak kecil, "Dik, dik..jangan maen disitu!". Belum sempat motorku berhenti, tuh anak yang lebih kecil, jalan melenggang aja ketengah jalan raya, sampai sepeda motor belakangku nge-rem mendadak. Dah gitu, si pengendara karena melihat aku mau berhenti, nengok dan bertanya : "Anaknya ya Mbak?". Mungkin si bapak mau marah karena mau nabrak tuh gadis kecil. "Yee, bukan Pak, wong saya juga heran", kataku. Mendengar jawabanku, si Bapak kembali tancap gas. Yaaahh, si Bapak..!
Parkir motor dipinggir, sampai lupa nyabut kunci, kemudian segera berlari menyeberang jalan, karena kulihat si gadis kecil tadi kembali melenggang ke tengah jalan. Aduuuhh..., dan sambil menyambar tangannya, dan berlari ke anak satunya karena dia sudah melongok ke sungai sambil berteriak mengajak si kecil ikut ngelongok juga. Ampuuunn..
Kutanya ke yang besar, "Rumahnya dimana Dik?". Dia diam aja, malah tetep ngajakin si kecil buat lihat sungai. Baru nyadar kalau seharusnya aku pakai bahasa Jawa. "Omahmu ngendi dik?". Yang besar nunjukin arah kesebalik sungai, disebelah sungai tempatku berdiri adalah jalan setapak dari tanah entah menuju kemana.
Dari kejauhan sekitar 300 m, ada 2-3 ibu bergerombol sambil nyuapin anaknya. Kupanggil-panggil sambil nunjukin si gadis kecil, mungkin mereka ibunya atau paling tidak mengenal anak-anak ini. Ah, ternyata mereka hanya memandang kearahku, mungkin gak denger, mungkin juga gak peduli. Ada motor lewat lagi, dua ibu berboncengan, melihat aku sedang manggil-manggil, malah bertanya : "Anaknya mbak?". "Bukan Bu, Gak tau ni." Si ibu trus teriak tanpa turun dari motor, bertanya ke si anak "Omahmu ngendi, Nduk?".. Aaahh, aku tadi juga udah nanya bu (pikirku). Dan karena tidak ada jawaban, si Ibu itu akhirnya berlalu sambil bilang "Wah, kalau di Jakarta, dah diculik tuh anak". Hiks, bukannya bantuin aku yang kebingungan, malah memberi pernyataan. Gimana gak bingung, antara mau nolong tuh anak, waktu mepet harus segera nyampai rumah, dan motor yang belum diambil kuncinya, motor pinjaman lagi. Toloooonggg.....
Akhirnya dari kejauhan kulihat ada anak cowok kecil beda 1 tahunan lah. Kupanggil-panggil. Mendekat dia. "Ini, adiknya?". "Iya", jawabnya, sambil berusaha menggendong si adik kecil yang tadi kupegang tangannya. Si gadis kecil bukannya mau digendong kakak lelakinya, malah mendorong si kakak, hingga si kakak mau terjungkal ke sungai. Reflek ku renggut badannya kedua-duanya. Tangan kiri si adik, tangan kanan si kakak. Aduuuhhhh....
Akhirnya kubilang ke kakak, "Omahmu ngendi?, Ibu e kon mrene ya", kataku. Si cowok kecil nurut dan berlari kearah yang ditunjukin sama gadis kecil tadi. Sigadis yang agak besar mulai berjalan mengikuti si cowok kecil. "Hati-hati," teriakku. Sedang si kecil satunya kemudian kugendong. Ya ampun, kurusnya. Menggendong dia seperti membawa anak kucing. Kulihat matanya. Bening, dan seperti gak mengerti apa yang terjadi.
Sampai kemudian, si cowok kecil kembali membawa kakak perempuan yang lebih besar, mungkin kelas 5 SD. Diambilnya si adik untuk dibawa pulang, kuwanti-wanti agar menjaga adiknya. Berbahaya, kataku.
Yaaaah, finally,....cepat-cepat.. aku harus segera kembali, ngambil motor, ngebut menuju rumah, karena keburu tumpangan ke Semarang dah berangkat... Huuaaaaahhhh...!!!!
Life is too short to wake up in the morning with regrets. So, love the people who treat you right. Forget about the ones who don't, and believe that everything happens for a reason. If you get a change, take it. If it changes your life, let it. Fight your day with your heart, get win and never surrender for what you believed. Always spread love, always thankfull for what God gives to us. Remember, no body said it would be easy. They just promised it would be worth it.
Minggu, Februari 13
Kamis, Februari 10
Kimura Style
Libur sehari kemarin di awal bulan Pebruari tetap pulang ke Jogja. Ya sedikit capek karena sore berangkat jam 5, masuk rumah hampir setengah duabelas malam. Besok sore berangkat lagi, jam 5 sore lagi, sampai Kudus jam 10.30 malam. Tapi rasa penat, capek semua hilang, walaupun dirumah saya jadi objek korban keganasan anak-anak. Lho, jadi korban kok malah senang ? Iya, kebetulan setiap ada dirumah badan gak akan selamat dikerjain anak-anak. Kalau berdiri ya si adik langsung nangkring diatas punggung saya, kalau rebahan bukan cuman adik yang menyerbu tetapi kakak juga yang beratnya udah seibunya pula. Becanda sih, tapi saya harus hati-hati karena adik yang masih kelas 2 SD badannya kecil, sedangkan Kakak yang sudah kelas 1 SMP seringkali lupa kalau tenaganya sangat kuat. Dan dia tidak pernah mengurangi kekuatannya. Sering kali saya yang harus teriak karena takut perut kenapa-kenapa di 'bruk' i si kakak. Hati-hati nak, awas perut Ibu.. heheheeh.. tapi dia suka kalah kalau udah ku gelitikin... ramai, dan suami hanya bisa geleng-geleng kepala.
Seringkali kami menonton film kartun bareng atau national geographic channel (NGC). Gak tau kenapa tetapi mereka ketularan si ibu yang doyan channel tersebut. Si adik lebih suka film kartun dan NG wild, yang kebanyakan tentang binatang, mulai binatang biasa sampai dengan cerita binatang yang aneh-aneh. Sedang si kakak lebih memilih sport (seringnya sepak bola) dan lebih suka NGC, karena sering menceritakan petualangan, sejarah kota atau hal-hal aneh macam mummy, living dead (zombie), sehingga si adik seringkali teriak minta diganti karena takut, tetapi pasrah dengan bersembunyi dibalik bantal sambil mengintip. Saya tidak mengajarkan mereka melihat sinetron, karena kekuatiran saya bahwa mereka nantinya akan merasa dunia yang mereka tinggali adalah seperti di sinetron-sinetron. Realiti show kadang-kadang, tetapi banyak tidaknya juga, karena kebanyakan reality shownya juga sudah di setting sepertinya. Whatever lah, saya cuma berusaha memberikan pandangan yang baik ke mata dan otak anak-anak saya, karena apa yang mereka lihat akan terekam dalam perjalanan hidup mereka kelak. Semua tidak saya paksa, karena berdasarkan apa yang saya alami, sebenarnya anak-anak kita mempunyai kecenderungan meniru orangtuanya dan apa yang menjadi kebiasaan mereka di rumah. Kalau orang-orang rumah cenderung menonton sinetron, ya seperti yang saya dengar dari ibu-ibu mereka, dan si ibu tersebut bilang sendiri bahwa anak mereka juga suka menonton apa yang sering dilihat dirumah. Jadi, anak jangan dimarahi kalau malas belajar dan mengikuti suatu sinetron, wong ibunya atau embaknya juga nonton.. hehehehe.
![]() |
oke kan hasil kerja sama kami berdua |
Akhirnya selesai juga. Setelah makan siang, adik tidur siang dan saya dapat kesempatan untuk nonton tv. Seperti biasa, lihat-lihat channel dan terpaku pada tayangan reality show, Kimura: life in the fab lane. Pada awalnya saya tertarik Kimura Lee simmons ini akan wajahnya, seperti ada campuran antara cina atau jepang (pokoknya asia), dan orang kulit hitam, karena rambutnya yang hitam legam, dan raut wajahnya seperti keturunan 'black' gitulah. Dan benar, ternyata ibunya orang Jepang dan ayahnya african american. Selain itu saya tertarik karena tayangan tersebut tentang fashion. Biasalah cewek, suka tentang fashion-fashion gitu. Nah, saya mulai asyik nonton sambil megang-megang tangan si adik yang terlelap. Si kakak lagi asyik dengan maen ps, tanding lawan ayahnya, maen bola.
Apa yang saya lihat ternyata diluar perkiraan saya, karena tayangan tersebut adalah kehidupan Kimura as a mother and as a CEO from Baby Path. Suatu perusahaan di bidang fashion, dimana dialah yang bertanggung jawab atas perusahaannya tersebut. Ketika saya lihat, sepertinya Kimura ini adalah single mother dengan 2 anak perempuan. Bukan hanya itu, sebelumnya dia juga seorang aktris dan juga foto model. Yang menjadi perhatian saya kala itu adalah cara dia mendidik dua anak perempuannya, Ming dan Aoki. Sungguh luar biasa menurut saya. Bisa kita bayangkan, sukses dan punya life show sendiri dari channel yang capable, dan tentu saja dia orang kaya, sangat kaya malah, yang sanggup membayar pembantu-pembantu handal. Bahkan dalam tayangan tersebut dia berada pada tingkat stress yang luar biasa karena harus menyiapkan pembukaan cabang baru dalam waktu 3 minggu, menyiapkan tempat, peragawati dan bajunya, dekorasi, tamu yang diundang dengan cocktail party. Tetapi ada hal lain yang dilakukan Kimura as a mother yaitu memastikan baby sitter yang disewanya mengawasi kedua anaknya menjalankan semua tugas yang dibebankan kepada keduanya. Tugasnya adalah membawa kembali piringnya ke dapur n' wash dishes by themselves not by they baby sitter. Bersihin kamar, mandiin binatang piaraan sendiri, memungut bola sehabis les tennisnya.. (bisa ngebayangin mungutin semua bola di seantero lapangan?).. n' they do by themselves, pelatih dan baby sitter hanya mengawasi...eh, ternyata bola tennis ada yang warnanya pink juga..hehehehehe.... Kimura selalu mengajak dua anaknya untuk menutup fashion shownya nya. Digandeng kiri kanan. Seringkali Kimura meminta pendapat dari kedua anaknya untuk hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaannya. Padahal mereka masih anak-anak dibawah umur, belum ada 10 tahun malahan. Dan selalu bilang : Give me five dan melakukan tos jika ide nya bagus, entah ide itu akan dipakai Kimura atau tidak, sebagai bentuk penghargaan atas pendapat buah hatinya. That's great.. really..really great I think.
Ternyataaaa...apa yang saya lakukan as a mother belum ada apa-apanya dibandingin Kimura. For sure? Yes..!! Coba saja tanyakan pada my two lovely boys at home, "Apa pendapat kalian tentang ibu kalian?". Jawabnya sudah pasti dan tak akan berubah. "Ibu ku Galak.!".. hahahahahahaha. Belum lagi, as a mother, aku gak selalu ada dirumah.. hiks, thats the bad point for me, of course! And I feel so sorry about that. Yes, I am not a good mother as I think. Semoga anak-anak ku punya banyak pintu maaf untuk ibunya yang banyak kekurangan ini. Amien.
Langganan:
Postingan (Atom)