Nanti malam setelah jam 12 berdentang, tahun agar berganti. Bertambah 1 angka di digit belakangnya. Dengan apa kita akan menandai bertambahnya angka 1 itu? Dengan membeli terompet dan membunyikannya keras-keras sehingga dapat menggantikan pukulan kentongan bapak-bapak yang biasanya keliling ronda? Atau membuat kue apem dibeberapa daerah dan membagikannya ke semua warga. Atau juga dengan kenduri ?
Apapun pemaknaan kita dan selebrasi kita saat menjelang tahun baru, apakah benar-benar kita perlukan jika semua yang pernah kita lakukan, kesalahan-kesalahan di tahun lalu akan terulang. Sikap negatif kita. Apatis kita. Ketak pedulian kita akan sekitar. Dan sebagainya. Njur, tahun baru itu menjadi apa? Sia-sia kupikir.
Daun masih berwarna hijau, seperti yang terlihat dibalik kaca jendela ruangan kantorku, bahkan suasananya masih sama dengan tahun yang lalu. Pembedanya adalah cat kantor yang berganti warna menjadi biru,sehingga menjadi segar dan tak terlihat kusam lagi. Dan apakah kalian tahu ada pohon pucuk merah? Bahwa warna-warna pucuk daunnya berwarna merah. Sungguh indah, lain dari pada yang lain. Menjadikan persepsi kita bahwa daun harus berwarna hijau atau berwarna kuning karena layu, akan berubah. Seperti itulah, yang ingin kurasakan pada tahun depan. Maksudku, 24 jam kedepan. Saat angka 1 itu lahir. Berganti warna, menjadi beda, merubah paradigma lama. Atau seperti hewan dan tumbuhan, bermetamorfosis, berubah kulit seperti ular, atau malah ber-mimikri, sehingga tak seorangpun bisa mengira seperti apa kita kemudian. Berani berubah dan berani mengubah.
Itu harapanku, selain harapan terbesar masih sama seperti dulu, dekat dengan orang-orang yang kita sayangi dan menyayangi kita.
Well, what's your expect after 24 hours, in future?
It's on yours..!!!!
Life is too short to wake up in the morning with regrets. So, love the people who treat you right. Forget about the ones who don't, and believe that everything happens for a reason. If you get a change, take it. If it changes your life, let it. Fight your day with your heart, get win and never surrender for what you believed. Always spread love, always thankfull for what God gives to us. Remember, no body said it would be easy. They just promised it would be worth it.
Minggu, Desember 30
Minggu, Desember 2
Oke..baiklah....Diriku tetap kerenlaaah...!!!
Ho ho ho...seharusnya tulisan ini dipost kan tanggal 29 November kemarin. Emang ada apa di tanggal itu? Wahhh...itu tanggal penting lho..tanggal dimana si penulis cerita bertambah tua..hmm...jatah umur yang berkurang.... Jatah menerima tambahan do'a dari orang-orang tercinta : Semoga banyak berkah di sisa usia...amiinnn..aminn ya Robbal alamin...
Apa yang telah dilakukan selama empat puluh tahun lalu? Banyak kesombongan yang jelas. Banyak kesalahan. Banyak keisengan. Banyak berkeluh kesah. Banyak berlaku sok-sok an. Banyak dosa..... too bad....too bad...very bad !!!
Padahal setiap perbuatan inginnya tak ada itu semua....tapi ? I'm just a human...Ah, tapi itu bukan excuse.....itu pembenaran !!! Pembenaran atas kebodohan pribadi. Pembenaran atas ketidaktahuan. Dan pembenaran atas ketidakmauan untuk belajar,.... belajar dan belajar. Bukankah lelucon "Jangan mengulangi kesalahan" itu benar-benar bukan anekdot semata?
Dan sekarang, sepertinya 'kesombongan' itu tetap ada. Merasa bahwa apa yang telah dilakukan beberapa tahun terakhir adalah suatu kebajikan, suatu hal yang luar biasa, suatu hal yang perlu pengakuan orang lain, dan parahnya adalah suatu hal yang ingin mendapat pujian. Atas dasar apa coba? Hmmm....kupikir atas dasar 'ke-merasa-an' diri. Terlalu over confident. Tapi ternyataaaa????? Expecting-nya terlalu tinggi. Tak semua orang memuji, tak semua orang merasa nyaman dan cocok dengan kita. Kitaaaa????? Heheheheh....sayangnya, ternyata cuman diri ini. :(
Mau contohnya? Hmm..pernahkah kalian bertemu dengan orang yang kalau kau sapa, kau senyumi, tak pernah menggubrismu? Tahu kan bagaimana rasanya dicuekin orang? Hmmm...setiap bertemu, tak pernah kubosan menegurnya, walaupun hasilnya akan tetap sama. Sedih rasanya, saat menyadari teguran, sapa dan senyumku tak pernah berbalas. Padahal dulu, kami akrab lho. Beliau ini suka bercanda, menggoda, karena dalam rapat selalu hanya aku yang wanita. Dan saat sadar kalau mulai dicuekin, ku sms, mungkin ada kesalahan yang tak kusengaja menyakiti beliau. Dan beliau membaca sms ku langsung datang keruangan dan menyodorkan tangan. Katanya," Apa-apaan ini? Kita gak ada masalah kan? Ah..kau terlalu banyak perasaan sih." Dan pertemuan itu ditutup dengan canda. Ahamdulillah, saat itu menjadikan kami akrab lagi. Tapiiiii...akhir-akhir ini, sikapnya sekarang bahkan jauh lebih dingin dari sebelumnya.
Contoh yang lain? Hmm...misalkan saat kutawarkan blog ini pada seorang kawan...Dan si kawan ternyata mau berkunjung dan membaca isi blog, ... itu menyenangkan sekali buatku. Tetapi pada suatu masa kemudian, saat kau tawarkan suatu bahasan dalam blog ini kembali, sang kawan tersebut membalas dengan "Gak aaaahh,...Bahasanya,...." ( Tersirat bahwa ada yang salah dengan pemakaian bahasaku). Nah, bukankah itu sudah menunjukkan bahwa : Ah, blog apaan, isinya apaaa, bahasanya..... dan itu berarti, Sopo to kowe kuwi??
Hiks...sedih.... Trus, jadi kepikiran. Berhari-hari malah. Ada sesuatu yang salah. Expecting-ku ternyata memang benar-benar ketinggian. I'm not good enough.
Tetapi....., tidak ah...tidak ada yang salah. Bahasa di blog ini memang bahasaku. Untuk mereka yang sangat halus tutur bahasanya, bahasa di blogku bisa jadi terlalu terus terang, tajam dan tidak berperikemanusiaan...heheheheh....Lha ini semua karena diriku bukan penulis handal, cuman penulis kacangan yang hanya berani nulis di blog. Pernah nyoba ikut even kecil nulis, tapi hasilnya juga belum kutahu, belum diumumin, atau sudah tapi tak kutahu...hihihi, karena tak terlalu yakin dapat masuk nominasi. Tapi walaupun hanya di blog, tetap berani. That's me. Apa adanya diriku. Dan ini kusadar saat ada #ShareABook di twitter dari seorang kawan @LetsShareABook, mengambil bukunya Hugh Macleod "Freedom Is Blogging In Your Underwear" dimana dijelaskan :
1) Internet memberikan kebebasan pribadi dan mengubah hidup, salah satu contohnya: blogging. Blog sangat penting & powerful.
2) Blogging menjadikan seseorang menjadi "in-charge", melakukan yang diinginkan dan independen tanpa perlu persetujuan orang lain
3) Saking bebasnya, kita dapat memilih kapan dan dengan cara apa kita ngeblog. Kalau Hugh, dengan "bercelana dalam" pun bisa.
4) Kita dapat ngeblog kapan saja, mengisinya dengan sesuatu yang kita inginkan & sepanjang apapun. It's up to us.
5) Blogging adalah ekspresi diri atau apa adanya. Just be ourselves.
6) Menurut Hugh, dg ngeblog maka kita punya platform. Punya platform berarti punya karir. Dan, punya karir berarti punya hidup.
7) Dan jika kita memiliki hidup maka kita punya kebebasan. Maka, blogging adalah hidup dengan kebebasan (freedom).
Well....jadi suka-suka kita kan dalam pengisian blog kita, tetapi tetep dong, maksud nya adalah : Semoga bisa memberikan manfaat bagi yang membacanya. Tetapi juga,...orang lain juga berhak menolak membacanya...hehehhehehe.... Begitulah. Jadi...mungkin gak perlu sedih-sedih amat deh, mikirin siapa yang mampir, siapa yang tidak. Dan menulis??? Jalan teruuuussss....!!!! Keren kan ???
Dan pada saat kusedih akan sikap teman yang mencuekkan kita, ternyata yang dicuekin bukan hanya diriku seorang. Heheheeh....rupanya banyak yang mengeluh tentang 'beliau' yang kata mereka 'kok bisa sih', ditegur aja tak pernah mau. Rupanya yang ber'masalah' sepertinya bukan orang yang menegur, tetapi beliau yang ditegur. Tapi teteplah, setiap bertemu, tak lupa kutegur, kesenyumi bahkan juga kadang menegurku pun dengan memanggil namanya. Dan selalu tak dapat balasan. Keren bukan ???
Baiklah, siapa yang bilang kalau selama ini diriku keren?
Yeee.......coba tanya suamiku, pasti jawabnya, istrinya yang terkeren. Gak percaya? Coba deh. *Uhuk
Masih mau coba lagi? Gak percaya kalau aku hebat? Coba tanya ibuku....hehehehhehe
Dan aku sangat pintar lho. Masih tetap gak percaya? Coba tanya my lil son.....biasanya kalau ada yang susah dipelajaran SD nya, my lil son pasti nanyanya ke Emaknya, dan pernah dia bilang, "Ibu kok mesti tahu jawabannya sih?"
Wahahahhaah........pintar kan Emaknya.
Dan tanggal 29 November kemarin, masih banyak teman-teman yang mau sekedar menyapa, dan mendoakan yang baik-baik pada wanita biasa-biasa ini. Doa-doa terkeren yang selalu akan ku 'amin' i. Masih banyak orang-orang yang mencintai si manusia penulis blog yang 'apalah' ini. Ucapan tengah malam dari yang terkasih. Kado doa dari anak tersayang, si kakak di rumah, walaupun hanya melalui sms.

Dan lihatlah, bahkan kuterima bingkisan spesial ini, sebuah ucapan yang menghangatkan hati, sangat,.... mawar .....aaahhh..... Do you know, mawar is the most beautiful 'bunga' in the world, terutama yang ini ----------------->
(*,)
Dan dari semua bukti itu, maka sampai detik ini "Diriku tetap kerenlaahhh...!!" hihihihihihi...........
Jadi kenapa harus bersedih dan tak percaya diri ????
Just be my self and believe that is the best of me.......
Apa yang telah dilakukan selama empat puluh tahun lalu? Banyak kesombongan yang jelas. Banyak kesalahan. Banyak keisengan. Banyak berkeluh kesah. Banyak berlaku sok-sok an. Banyak dosa..... too bad....too bad...very bad !!!
Padahal setiap perbuatan inginnya tak ada itu semua....tapi ? I'm just a human...Ah, tapi itu bukan excuse.....itu pembenaran !!! Pembenaran atas kebodohan pribadi. Pembenaran atas ketidaktahuan. Dan pembenaran atas ketidakmauan untuk belajar,.... belajar dan belajar. Bukankah lelucon "Jangan mengulangi kesalahan" itu benar-benar bukan anekdot semata?
Dan sekarang, sepertinya 'kesombongan' itu tetap ada. Merasa bahwa apa yang telah dilakukan beberapa tahun terakhir adalah suatu kebajikan, suatu hal yang luar biasa, suatu hal yang perlu pengakuan orang lain, dan parahnya adalah suatu hal yang ingin mendapat pujian. Atas dasar apa coba? Hmmm....kupikir atas dasar 'ke-merasa-an' diri. Terlalu over confident. Tapi ternyataaaa????? Expecting-nya terlalu tinggi. Tak semua orang memuji, tak semua orang merasa nyaman dan cocok dengan kita. Kitaaaa????? Heheheheh....sayangnya, ternyata cuman diri ini. :(
Mau contohnya? Hmm..pernahkah kalian bertemu dengan orang yang kalau kau sapa, kau senyumi, tak pernah menggubrismu? Tahu kan bagaimana rasanya dicuekin orang? Hmmm...setiap bertemu, tak pernah kubosan menegurnya, walaupun hasilnya akan tetap sama. Sedih rasanya, saat menyadari teguran, sapa dan senyumku tak pernah berbalas. Padahal dulu, kami akrab lho. Beliau ini suka bercanda, menggoda, karena dalam rapat selalu hanya aku yang wanita. Dan saat sadar kalau mulai dicuekin, ku sms, mungkin ada kesalahan yang tak kusengaja menyakiti beliau. Dan beliau membaca sms ku langsung datang keruangan dan menyodorkan tangan. Katanya," Apa-apaan ini? Kita gak ada masalah kan? Ah..kau terlalu banyak perasaan sih." Dan pertemuan itu ditutup dengan canda. Ahamdulillah, saat itu menjadikan kami akrab lagi. Tapiiiii...akhir-akhir ini, sikapnya sekarang bahkan jauh lebih dingin dari sebelumnya.
Contoh yang lain? Hmm...misalkan saat kutawarkan blog ini pada seorang kawan...Dan si kawan ternyata mau berkunjung dan membaca isi blog, ... itu menyenangkan sekali buatku. Tetapi pada suatu masa kemudian, saat kau tawarkan suatu bahasan dalam blog ini kembali, sang kawan tersebut membalas dengan "Gak aaaahh,...Bahasanya,...." ( Tersirat bahwa ada yang salah dengan pemakaian bahasaku). Nah, bukankah itu sudah menunjukkan bahwa : Ah, blog apaan, isinya apaaa, bahasanya..... dan itu berarti, Sopo to kowe kuwi??
Hiks...sedih.... Trus, jadi kepikiran. Berhari-hari malah. Ada sesuatu yang salah. Expecting-ku ternyata memang benar-benar ketinggian. I'm not good enough.
Tetapi....., tidak ah...tidak ada yang salah. Bahasa di blog ini memang bahasaku. Untuk mereka yang sangat halus tutur bahasanya, bahasa di blogku bisa jadi terlalu terus terang, tajam dan tidak berperikemanusiaan...heheheheh....Lha ini semua karena diriku bukan penulis handal, cuman penulis kacangan yang hanya berani nulis di blog. Pernah nyoba ikut even kecil nulis, tapi hasilnya juga belum kutahu, belum diumumin, atau sudah tapi tak kutahu...hihihi, karena tak terlalu yakin dapat masuk nominasi. Tapi walaupun hanya di blog, tetap berani. That's me. Apa adanya diriku. Dan ini kusadar saat ada #ShareABook di twitter dari seorang kawan @LetsShareABook, mengambil bukunya Hugh Macleod "Freedom Is Blogging In Your Underwear" dimana dijelaskan :
1) Internet memberikan kebebasan pribadi dan mengubah hidup, salah satu contohnya: blogging. Blog sangat penting & powerful.
2) Blogging menjadikan seseorang menjadi "in-charge", melakukan yang diinginkan dan independen tanpa perlu persetujuan orang lain
3) Saking bebasnya, kita dapat memilih kapan dan dengan cara apa kita ngeblog. Kalau Hugh, dengan "bercelana dalam" pun bisa.
4) Kita dapat ngeblog kapan saja, mengisinya dengan sesuatu yang kita inginkan & sepanjang apapun. It's up to us.
5) Blogging adalah ekspresi diri atau apa adanya. Just be ourselves.
6) Menurut Hugh, dg ngeblog maka kita punya platform. Punya platform berarti punya karir. Dan, punya karir berarti punya hidup.
7) Dan jika kita memiliki hidup maka kita punya kebebasan. Maka, blogging adalah hidup dengan kebebasan (freedom).
Well....jadi suka-suka kita kan dalam pengisian blog kita, tetapi tetep dong, maksud nya adalah : Semoga bisa memberikan manfaat bagi yang membacanya. Tetapi juga,...orang lain juga berhak menolak membacanya...hehehhehehe.... Begitulah. Jadi...mungkin gak perlu sedih-sedih amat deh, mikirin siapa yang mampir, siapa yang tidak. Dan menulis??? Jalan teruuuussss....!!!! Keren kan ???
Dan pada saat kusedih akan sikap teman yang mencuekkan kita, ternyata yang dicuekin bukan hanya diriku seorang. Heheheeh....rupanya banyak yang mengeluh tentang 'beliau' yang kata mereka 'kok bisa sih', ditegur aja tak pernah mau. Rupanya yang ber'masalah' sepertinya bukan orang yang menegur, tetapi beliau yang ditegur. Tapi teteplah, setiap bertemu, tak lupa kutegur, kesenyumi bahkan juga kadang menegurku pun dengan memanggil namanya. Dan selalu tak dapat balasan. Keren bukan ???
Baiklah, siapa yang bilang kalau selama ini diriku keren?
Yeee.......coba tanya suamiku, pasti jawabnya, istrinya yang terkeren. Gak percaya? Coba deh. *Uhuk
Masih mau coba lagi? Gak percaya kalau aku hebat? Coba tanya ibuku....hehehehhehe
Dan aku sangat pintar lho. Masih tetap gak percaya? Coba tanya my lil son.....biasanya kalau ada yang susah dipelajaran SD nya, my lil son pasti nanyanya ke Emaknya, dan pernah dia bilang, "Ibu kok mesti tahu jawabannya sih?"
Wahahahhaah........pintar kan Emaknya.
Dan tanggal 29 November kemarin, masih banyak teman-teman yang mau sekedar menyapa, dan mendoakan yang baik-baik pada wanita biasa-biasa ini. Doa-doa terkeren yang selalu akan ku 'amin' i. Masih banyak orang-orang yang mencintai si manusia penulis blog yang 'apalah' ini. Ucapan tengah malam dari yang terkasih. Kado doa dari anak tersayang, si kakak di rumah, walaupun hanya melalui sms.

Dan lihatlah, bahkan kuterima bingkisan spesial ini, sebuah ucapan yang menghangatkan hati, sangat,.... mawar .....aaahhh..... Do you know, mawar is the most beautiful 'bunga' in the world, terutama yang ini ----------------->
(*,)
Dan dari semua bukti itu, maka sampai detik ini "Diriku tetap kerenlaahhh...!!" hihihihihihi...........
Jadi kenapa harus bersedih dan tak percaya diri ????
Just be my self and believe that is the best of me.......

Senin, November 26
Kompetisi ? Why Not !!
Pernahkan kalian mengikuti kompetisi, suatu perlombaan? Mungkin saat masih TK, SD atau bahkan sampai sekarang sesudah dewasa dan telah bekerja? Earth pikir semua orang pernah mengikuti perlombaan. Perlombaan yang mungkin nyata-nyata diselenggarakan oleh suatu institusi tertentu atau badan tertentu, atau hanya perlombaan kecil di dalam lingkungan keluarga, saudara, kampung dll. Perlombaan yang akan memberikan hadiah yang besar ataupun perlombaan yang hanya memberikan penghargaan lisan saja atau pengakuan bahwa kitalah sang juara. Ya....itu semua adalah kompetisi.
Pernahkan kita sadari bahwa dari semua kompetisi ataupun perlombaan yang pernah kita ikuti itu sebenarnya melatih mental kita? Yang hasilnya bisa menghasilkan mental juara ataupun mental pecundang. Kompetisi melahirkan kesenangan dan juga kesedihan. Kemenangan dan kekalahan. Kebahagiaan dan kekecewaan. Dan apa yang terjadi saat kita menjadi juara ? Jumawa? Euforia yang berlebihan ? Atau santai-santai saja? Dan bagaimana kalau kita kalah dalam kompetisi itu? Menangis histeris? Mengamuk? Termenung dan larut dalam kesedihan yang berkepanjangan? Atau santai-santai saja juga?
Teringat kemarin saat mengantarkan dan sebagai pendamping anak-anak SMA mengikuti lomba Tax Goes To School final di Kanwil. Kami saat itu sudah sangat sejiwa. Berlatih bersama, bergurau, saling menyemangati, saling mengkoreksi performance yang akan ditampilkan. Dan memang dari hasil latihan beberapa kali, anak-anak SMA tersebut luar biasa. Penampilan mereka keren, Earth bahkan yakin kami akan memboyong juara, bisa jadi Juara 1. Tetapi saat akan penampilan di panggung, kebetulan kami menampilkan teatrikal, ternyata panggungnya kekecilan, itu diluar ekspektasi kami. Sehingga kuambil keputusan alat-alat gending jawa ditaruh di depan penari, karena hanya itu 'space' yang tersedia. Sepertinya itu kesalahan. Karena seharusnya para pemain musik melihat para penari. Tapi mereka luar biasa, perform tetap keren, walaupun masalah wireless juga tak bisa digunakan, karena si Rizal, anak SMA yang berperan sebagai tokoh utama tak membawa peralatan tambahan (kabel) dan ternyata colokan di panggung yang disediakan oleh panitia tidak 'match' dengan wirelessnya. Hal itu menyebabkan orasi sang tokoh kurang sedikkkkiiittt jelas, karena suara si Rizal sebenarnya udah keras.
Mungkin karena beberapa kendala yang tak diperhitungkan sebelumnya, saat pengumuman pemenang (bahkan anak-anak SMA itu menggandeng tanganku karena mereka begitu tegang dan berharap menjadi juara), ternyata kami berada di peringkat 4 dari 17 peserta. Dan sontak, anak-anak terlihat begitu sangat...sangat....sangat kecewa. bahkan Novia, salah satu penari utama menangis tersedu-sedu, sehingga harus kubujuk sedikit lebih lama, kusemangati agar dia mau menghentikan tangisnya. Bahkan si Rizal termenung lama tanpa bicara, saat bicara dia hanya bilang : "Maaf ya Bu, saya mengecewakan Ibu."
hmmmm.....
Kalau diriku sangat sibuk menenangkan mereka, apakah itu berarti Earth tidak kecewa? Tentu saja kecewa, sangat malah. Tetapi posisiku saat itu adalah yang dipercaya anak-anak SMA untuk kelangsungan lomba, walaupun ada guru pendamping. Kalah lomba dan kecewa menurutku itu manusiawi. Kalau tidak kecewa malah aneh sebenarnya. Tapi mungkin ini saatnya kita harus bisa me'manage' rasa kecewa kita. Ekspresi kita atas hasil lomba. Kemenangan tidak harus di warnai dengan bersenang-senang dengan jumawa tanpa rasa syukur. Kecewa karena kalahpun tak harus diwarnai dengan kesedihan yang meluruhkan semangat sehingga nglokro, protes, menyalahkan diri sendiri, ataupun menyalahkan keadaan sekelilingnya yang tak seperti yang diharapkannya. Dan yang lebih parah adalah menjadi malas berkompetisi lagi.
Kubilang saat itu," Ayolah, kalian keren sekali tadi. Peringkat 4 cukup bagus kok. Jurinya juga bukan murni orang-orang seni, tapi mereka adalah Kepala Kantor."
Karena si pemenang ternyata adalah penampilan yang pesan pajaknya dapat diterima dengan singkat tanpa perlu berpikir. Sedangkan teatrikal, kalian tahulah, bahasanya juga bukan bahasa lugas. Dan bahkan saat kalian pentas, semua penonton tafakur menyaksikan, dan tepuk tangan yang membahana atas penampilan kalian.
Nah, itulah kenapa faktor keberuntungan juga ikut andil dalam setiap kompetisi. Itulah kenapa ada jargon : Berusaha dan Berdoa.
Berusaha dengan sekuat kemampuan. Berdoa untuk mendapatkan kemujuran. Sisanya, serahkan pada Yang Diatas. Kalau rejeki kita ya...pasti kita dapatkan sesuai keinginan kita, kalau tidak,.... itu memang takdir kita, dan kita harus bisa mencari hikmah apa yang tersembunyi didalamnya.
Dan kuberikan contoh si Kakak, my boys, yang kemarin ikut kompetisi MSI (Matematika, Sain dan Inggris) di SMA Taruna Nusantara Magelang. dari sekitar 570 siswa SMP se Indonesia yang ikut berkompetisi, diambil 62 untuk masuk babak semi final. Dan si Kakak berada di urutan 63...Hahahahaha.....
Dan lihatlah saat itu, si kakak yang cuek, gak terlalu memikirkan ketak-ikut-sertaannya sebagai peserta semi final, sehingga harus pulang duluan. Karena dia mengikuti kompetisi itu memang untuk menguji kemampuannya. Atas inisiatif dia sendiri. Bahkan pernah, si Kakak memberikan medali juara ke 3 lomba Bahasa Inggris di SMP nya dari semua murid (dari 116 siswa,kelas 7,8 dan 9), dan bahkan Earth tak tahu kapan dia ikut lomba itu....hihihihii
Semua kompetisi-kompetisi itu pada awalnya memang kami kenalkan untuk mengukur mental mereka. Agar mempunyai semangat berjuang, mengatasi kekecewaan dan kemenangan mereka. Reward orangtua atas pengakuan hasil kompetisi mereka sepertinya adalah yang terpenting bagi mereka daripada reward orang lain, entah mereka menang ataupun kalah. Kami selalu mengacungkan jempol atas hasil apapun yang mereka dapatkan. Dan pembelajaran itulah yang menyebabkan mereka tak ragu-ragu untuk mendaftarkan diri mereka dalam beberapa kompetisi. Karena mereka selalu yakin, bahwa orangtua mereka tak akan menyalahkan atas kekalahan mereka.
Tentang kemujuran? faktor lucky, like I said before, serahkan pada Yang Diatas. Berdoalah. Kalau rejekimu, tak akan lari kemana. Seperti saat si Kakak SD dan ikut lomba karate kata' beregu maupun perseorangan. Di posisi yang Kata' beregu entah kenapa, pada saat final ada peserta yg mengundurkan diri, padahal kalau ditandingkan, sepertinya peringkat 2 tak akan di peroleh si Kakak, tetapi karena ada yang mengundurkan diri (yang dengar2 saat itu karena mereka takut, jadi kalah sebelum bertanding), akhirnya peringkat juara 2 diperoleh kelompok Kakak. Sehingga mereka pulang membawa piala dan sertifikat...ahahahahahha...itu sangat beruntung namanya !!!!
Begitulah, kita orangtua-orangtua harus mengajarkan anak-anak kita untuk berkompetisi. Ini kami lakukan karena jiwa si Ibu yang cengeng, dulu setiap mengikuti sesuatu sering merasa minder, dan saat kalah, orangtua Earth terlihat begitu kecewa. Tentu saja pola pengasuhan seperti itu sangat tidak kami terapkan saat ini. Kami ingin membangun jiwa semangat dalam diri anak-anak kami. Karena kebetulan mereka adalah laki-laki. Setiap kompetisi yang mereka ikuti apapun itu, selalu kami dukung, selama itu akan memberikan kebaikan bagi mereka. Mereka akan mempelajari itu semua sebagai pengalaman yang akan terukir di memori mereka kelak. Untuk tak menyerah, untuk menghomati lawan, mengukur kemampuan diri, tak menjadi sombong dan jumawa saat menang tetapi juga tak kehilangan kontrol diri saat kalah. Kami tahu mereka pasti ada perasaan kecewa dan senang saat kalah ataupun menang, tapi kami pun tahu mereka akan belajar cara-cara menghargai perasaan atas kemampuan mereka. Mencari strategi dan mengambil pelajaran saat kalah sehingga siap untuk bertanding kembali. Jadi berkompetisi??? Why not,....lanjutkan !!!
Atau seperti minggu kemarin, saat si kecil, si Eci bilang," Ibu, kemarin kita di beri soal Bahasa Inggris, dan nilaiku 9, jadi aku disuruh ikut seleksi lomba dari Malang, besok Selasa."
"Berapa orang, Ci?" tanya si Emak.
"Kelasku 4 orang, aku cowok sendiri. Tapi aku gak tahu dari kelas lain berapa orang"
Dan si Emakpun pura-pura sok bijaksana dan menasehati si kecil," Ya, berarti Eci harus belajar, kan beruntung tuh dipanggil seleksi."
Dan apa jawab Eci ?
"Gak ah, malas belajar, biarin aja kalah".
aaggggrrrrrrrrhhh..........%$#@*&^#@&#$*&%
^_^
Pernahkan kita sadari bahwa dari semua kompetisi ataupun perlombaan yang pernah kita ikuti itu sebenarnya melatih mental kita? Yang hasilnya bisa menghasilkan mental juara ataupun mental pecundang. Kompetisi melahirkan kesenangan dan juga kesedihan. Kemenangan dan kekalahan. Kebahagiaan dan kekecewaan. Dan apa yang terjadi saat kita menjadi juara ? Jumawa? Euforia yang berlebihan ? Atau santai-santai saja? Dan bagaimana kalau kita kalah dalam kompetisi itu? Menangis histeris? Mengamuk? Termenung dan larut dalam kesedihan yang berkepanjangan? Atau santai-santai saja juga?
Teringat kemarin saat mengantarkan dan sebagai pendamping anak-anak SMA mengikuti lomba Tax Goes To School final di Kanwil. Kami saat itu sudah sangat sejiwa. Berlatih bersama, bergurau, saling menyemangati, saling mengkoreksi performance yang akan ditampilkan. Dan memang dari hasil latihan beberapa kali, anak-anak SMA tersebut luar biasa. Penampilan mereka keren, Earth bahkan yakin kami akan memboyong juara, bisa jadi Juara 1. Tetapi saat akan penampilan di panggung, kebetulan kami menampilkan teatrikal, ternyata panggungnya kekecilan, itu diluar ekspektasi kami. Sehingga kuambil keputusan alat-alat gending jawa ditaruh di depan penari, karena hanya itu 'space' yang tersedia. Sepertinya itu kesalahan. Karena seharusnya para pemain musik melihat para penari. Tapi mereka luar biasa, perform tetap keren, walaupun masalah wireless juga tak bisa digunakan, karena si Rizal, anak SMA yang berperan sebagai tokoh utama tak membawa peralatan tambahan (kabel) dan ternyata colokan di panggung yang disediakan oleh panitia tidak 'match' dengan wirelessnya. Hal itu menyebabkan orasi sang tokoh kurang sedikkkkiiittt jelas, karena suara si Rizal sebenarnya udah keras.
Mungkin karena beberapa kendala yang tak diperhitungkan sebelumnya, saat pengumuman pemenang (bahkan anak-anak SMA itu menggandeng tanganku karena mereka begitu tegang dan berharap menjadi juara), ternyata kami berada di peringkat 4 dari 17 peserta. Dan sontak, anak-anak terlihat begitu sangat...sangat....sangat kecewa. bahkan Novia, salah satu penari utama menangis tersedu-sedu, sehingga harus kubujuk sedikit lebih lama, kusemangati agar dia mau menghentikan tangisnya. Bahkan si Rizal termenung lama tanpa bicara, saat bicara dia hanya bilang : "Maaf ya Bu, saya mengecewakan Ibu."
hmmmm.....
Kalau diriku sangat sibuk menenangkan mereka, apakah itu berarti Earth tidak kecewa? Tentu saja kecewa, sangat malah. Tetapi posisiku saat itu adalah yang dipercaya anak-anak SMA untuk kelangsungan lomba, walaupun ada guru pendamping. Kalah lomba dan kecewa menurutku itu manusiawi. Kalau tidak kecewa malah aneh sebenarnya. Tapi mungkin ini saatnya kita harus bisa me'manage' rasa kecewa kita. Ekspresi kita atas hasil lomba. Kemenangan tidak harus di warnai dengan bersenang-senang dengan jumawa tanpa rasa syukur. Kecewa karena kalahpun tak harus diwarnai dengan kesedihan yang meluruhkan semangat sehingga nglokro, protes, menyalahkan diri sendiri, ataupun menyalahkan keadaan sekelilingnya yang tak seperti yang diharapkannya. Dan yang lebih parah adalah menjadi malas berkompetisi lagi.
Kubilang saat itu," Ayolah, kalian keren sekali tadi. Peringkat 4 cukup bagus kok. Jurinya juga bukan murni orang-orang seni, tapi mereka adalah Kepala Kantor."
Karena si pemenang ternyata adalah penampilan yang pesan pajaknya dapat diterima dengan singkat tanpa perlu berpikir. Sedangkan teatrikal, kalian tahulah, bahasanya juga bukan bahasa lugas. Dan bahkan saat kalian pentas, semua penonton tafakur menyaksikan, dan tepuk tangan yang membahana atas penampilan kalian.
Nah, itulah kenapa faktor keberuntungan juga ikut andil dalam setiap kompetisi. Itulah kenapa ada jargon : Berusaha dan Berdoa.
Berusaha dengan sekuat kemampuan. Berdoa untuk mendapatkan kemujuran. Sisanya, serahkan pada Yang Diatas. Kalau rejeki kita ya...pasti kita dapatkan sesuai keinginan kita, kalau tidak,.... itu memang takdir kita, dan kita harus bisa mencari hikmah apa yang tersembunyi didalamnya.
Dan kuberikan contoh si Kakak, my boys, yang kemarin ikut kompetisi MSI (Matematika, Sain dan Inggris) di SMA Taruna Nusantara Magelang. dari sekitar 570 siswa SMP se Indonesia yang ikut berkompetisi, diambil 62 untuk masuk babak semi final. Dan si Kakak berada di urutan 63...Hahahahaha.....
Dan lihatlah saat itu, si kakak yang cuek, gak terlalu memikirkan ketak-ikut-sertaannya sebagai peserta semi final, sehingga harus pulang duluan. Karena dia mengikuti kompetisi itu memang untuk menguji kemampuannya. Atas inisiatif dia sendiri. Bahkan pernah, si Kakak memberikan medali juara ke 3 lomba Bahasa Inggris di SMP nya dari semua murid (dari 116 siswa,kelas 7,8 dan 9), dan bahkan Earth tak tahu kapan dia ikut lomba itu....hihihihii
Semua kompetisi-kompetisi itu pada awalnya memang kami kenalkan untuk mengukur mental mereka. Agar mempunyai semangat berjuang, mengatasi kekecewaan dan kemenangan mereka. Reward orangtua atas pengakuan hasil kompetisi mereka sepertinya adalah yang terpenting bagi mereka daripada reward orang lain, entah mereka menang ataupun kalah. Kami selalu mengacungkan jempol atas hasil apapun yang mereka dapatkan. Dan pembelajaran itulah yang menyebabkan mereka tak ragu-ragu untuk mendaftarkan diri mereka dalam beberapa kompetisi. Karena mereka selalu yakin, bahwa orangtua mereka tak akan menyalahkan atas kekalahan mereka.
Tentang kemujuran? faktor lucky, like I said before, serahkan pada Yang Diatas. Berdoalah. Kalau rejekimu, tak akan lari kemana. Seperti saat si Kakak SD dan ikut lomba karate kata' beregu maupun perseorangan. Di posisi yang Kata' beregu entah kenapa, pada saat final ada peserta yg mengundurkan diri, padahal kalau ditandingkan, sepertinya peringkat 2 tak akan di peroleh si Kakak, tetapi karena ada yang mengundurkan diri (yang dengar2 saat itu karena mereka takut, jadi kalah sebelum bertanding), akhirnya peringkat juara 2 diperoleh kelompok Kakak. Sehingga mereka pulang membawa piala dan sertifikat...ahahahahahha...itu sangat beruntung namanya !!!!
Begitulah, kita orangtua-orangtua harus mengajarkan anak-anak kita untuk berkompetisi. Ini kami lakukan karena jiwa si Ibu yang cengeng, dulu setiap mengikuti sesuatu sering merasa minder, dan saat kalah, orangtua Earth terlihat begitu kecewa. Tentu saja pola pengasuhan seperti itu sangat tidak kami terapkan saat ini. Kami ingin membangun jiwa semangat dalam diri anak-anak kami. Karena kebetulan mereka adalah laki-laki. Setiap kompetisi yang mereka ikuti apapun itu, selalu kami dukung, selama itu akan memberikan kebaikan bagi mereka. Mereka akan mempelajari itu semua sebagai pengalaman yang akan terukir di memori mereka kelak. Untuk tak menyerah, untuk menghomati lawan, mengukur kemampuan diri, tak menjadi sombong dan jumawa saat menang tetapi juga tak kehilangan kontrol diri saat kalah. Kami tahu mereka pasti ada perasaan kecewa dan senang saat kalah ataupun menang, tapi kami pun tahu mereka akan belajar cara-cara menghargai perasaan atas kemampuan mereka. Mencari strategi dan mengambil pelajaran saat kalah sehingga siap untuk bertanding kembali. Jadi berkompetisi??? Why not,....lanjutkan !!!
Atau seperti minggu kemarin, saat si kecil, si Eci bilang," Ibu, kemarin kita di beri soal Bahasa Inggris, dan nilaiku 9, jadi aku disuruh ikut seleksi lomba dari Malang, besok Selasa."
"Berapa orang, Ci?" tanya si Emak.
"Kelasku 4 orang, aku cowok sendiri. Tapi aku gak tahu dari kelas lain berapa orang"
Dan si Emakpun pura-pura sok bijaksana dan menasehati si kecil," Ya, berarti Eci harus belajar, kan beruntung tuh dipanggil seleksi."
Dan apa jawab Eci ?
"Gak ah, malas belajar, biarin aja kalah".
aaggggrrrrrrrrhhh..........%$#@*&^#@&#$*&%
^_^
Kamis, November 1
Seorang Bapak Tua dan Sebuah Masjid
Hmmm...awal November..masih tanggal muda saatnya gajian buat yang dapat gaji.Eits..jangan sombong dulu. Buat yang belum gajian, bukan berarti dia tak punya uang lho, jangan salah, berarti orang ini mungkin malah bisa menggaji orang atau menggaji dirinya sendiri....Nah..!!
Mumpung duitnya masih utuh (semoga, amiin.....hihihihi), ada yang mau mencari berkah dan barakah tidak???? Kalau mau, silahkan dengar cerita Earth kali ini ya.....cerita ini tentang seorang bapak yang sudah tua dan sebuah masjid.... kita mulai yaaa.....
Pada bulan puasa Romadhon tahun 2012 kemarin, seorang Bapak tua mendapat jadwal mengisi ceramah di sebuah masjid di Desa Kelurahan. Desa itu namanya memang Kelurahan. Kebetulan letak desa itu dari rumah si Bapak tua itu tidak bisa dikatakan jauh sekali, tetapi dikatakan dekat pun juga tidak. Kurang lebih sekitar 5 km. Kebetulan Bapak tua ini memang biasa mengisi ceramah-ceramah di masjid-masjid terdekat. Tetapi mengisi di masjid di Desa Kelurahan itu biasanya saat Sholat Jum'at saja, saat sholat tarawih jarang, karena jalan menuju desa itu gelap sekali, sepanjang jalan menuju desa itu adalah hamparan sawah.
Walaupun Masjid itu sangat kecil, tapi beberapa kali menjadi khotib sholat jum'at di sana, jama'ah selalu penuh. Setiap sore, masjid itu menjadi tempat belajar membaca Al-Qur'an (TPA) untuk anak-anak kecil desa itu. Dan itu membuat trenyuh si Bapak tua. Apalagi saat akhirnya Beliau mengambil jadwal mengisi pada sholat tarawih. Ternyata saat itu, jama'ah malah lebih banyak lagi. Ibu-ibu dan anak-anak kecil yang ikut sholat tarawih sampai harus berada dipelataran luar masjid yang masih tanah, belum di semen. Si Bapak tua sedih melihat kondisi ini, tapi si Bapak tua itu tidak mampu berbuat banyak, dalam hati beliau selalu berdoa, beliau sangat ingin warga kampung itu mempunyai masjid yang layak.
Hingga pada suatu ketika, ada seorang teman dari Bapak tua ini yang bercerita kepada Beliau, bahwa sebelum meninggal, teman ini ingin sekali menyumbangkan uangnya buat kemaslahatan umum, dan bertanya ke Bapak tua ini, kemana enaknya dirinya dapat menyumbangkan uangnya. Si Bapak tua ini sangat bersyukur dalam hati, kalau ini memang jalan yang di berikan Alloh semoga Alloh memudahkan niat baik dan do'anya. Maka si Bapak tua memberikan saran, kalau teman ini berkenan, membeli tanah dan mewakafkannya ke Kampung Kelurahan untuk dapat dibuat masjid disana. Dan alhamdulillah, segala puji bagi Alloh SWT, si teman ini menyetujui saran dari Bapak tua ini setelah melihat langsung kondisi masjid itu.
Akhirnya, dibelilah tanah disamping Masjid Desa Kelurahan itu, dan diwakafkan ke Desa tersebut dengan perjanjian bahwa tanah wakaf tersebut hanya untuk pendirian masjid saja tidak boleh lainnya. Sekarang yang menjadi kendala adalah, bagaimana mencari dana untuk pendirian masjid itu. Si Bapak tua ini merasa langkahnya tidak sepanjang dulu seperti saat masih bekerja. Beliau sudah pensiun. Tetapi Beliau tidak mau menyerah. Dari beberapa teman, perkumpulan, beliau selalu sharing tentang kondisi masjid tersebut. Tetapi dana belum terkumpul. Akhirnya si Bapak mengambil keputusan. Beliau mengumpulkan putra-putrinya, dan meminta ijin untuk menjual tanah yang seharusnya diwariskan kepada anak-anaknya, untuk dana pembangunan masjid. Dan anak-anak Beliau ternyata mengijinkan, dan diperolehlah dana untuk modal awal pembangunan masjid itu. Alhamdulillah.
Dibuatlah kesepakatan dengan desa, bahwa dana akan diserahkan seluruhnya kepada desa itu untuk pembangunan masjid, tetapi desa juga harus membantu, dari kas desa, dari hasil panen warga untuk sedikit disumbangkan dan dari perorangan. Dan pelaksanaannya dilakukan oleh warga kampung itu sendiri pula, yang mampu bekerja sebagai tukang kayu, tukang batu dll. Makan dan minum pekerja ditanggung warga bergantian, disediakan oleh ibu-ibu semampunya. Gotong Royong. Kalian bisa membayangkan, jaman sekarang masih ada gotong royong seperti itu? Subhannalloh..!!!!
Si Bapak tua pun tidak berhenti sampai disini. Beliau mengajak lagi semua orang, kenalan, komunitas, teman bermain olahraganya, bahkan semua saudaranya : adik, anak, cucu, semuanya, agar mau melihat kondisi masjid itu dan ikut membantu sekedarnya seikhlas mungkin. Karena bahan-bahan material tentu saja tidak bisa diupayakan sendiri oleh warga, tapi memang harus membeli. Dan alhamdullillah sekarang pembangunan masjid sudah berjalan dan hampir 60%.
Nah...inilah cerita Earth...
Kalau teman-teman ada yang berkenan untuk turut membantu pendirian masjid di Desa Kelurahan itu, silahkan menghubungi Earth melalui email di nfr.earth@gmail.com atau melalui twitter Earth di @EmakEarth baru nanti akan Earth lampirkan no kontak untuk menghubungi Earth dan InsyaAlloh amanah teman2 akan Earth langsung sampaikan ke si Bapak tua tersebut.
Ini adalah upaya terakhir Earth membantu Bapak tua itu....
karena.....Bapak tua itu adalah orang yang membesarkan Earth sampai menjadi sekarang ini....
ayo Bapak,.......se\m/angaaattt.....
kita jangan menyerah yaaaa
Bismillah.......
ayo teman-teman, kalian yang menjadi apinya ya
disini sudah tersedia sekam nya
Barakallah....
amiiinnn Ya Robbal 'alamin
Mumpung duitnya masih utuh (semoga, amiin.....hihihihi), ada yang mau mencari berkah dan barakah tidak???? Kalau mau, silahkan dengar cerita Earth kali ini ya.....cerita ini tentang seorang bapak yang sudah tua dan sebuah masjid.... kita mulai yaaa.....
Pada bulan puasa Romadhon tahun 2012 kemarin, seorang Bapak tua mendapat jadwal mengisi ceramah di sebuah masjid di Desa Kelurahan. Desa itu namanya memang Kelurahan. Kebetulan letak desa itu dari rumah si Bapak tua itu tidak bisa dikatakan jauh sekali, tetapi dikatakan dekat pun juga tidak. Kurang lebih sekitar 5 km. Kebetulan Bapak tua ini memang biasa mengisi ceramah-ceramah di masjid-masjid terdekat. Tetapi mengisi di masjid di Desa Kelurahan itu biasanya saat Sholat Jum'at saja, saat sholat tarawih jarang, karena jalan menuju desa itu gelap sekali, sepanjang jalan menuju desa itu adalah hamparan sawah.
Hingga pada suatu ketika, ada seorang teman dari Bapak tua ini yang bercerita kepada Beliau, bahwa sebelum meninggal, teman ini ingin sekali menyumbangkan uangnya buat kemaslahatan umum, dan bertanya ke Bapak tua ini, kemana enaknya dirinya dapat menyumbangkan uangnya. Si Bapak tua ini sangat bersyukur dalam hati, kalau ini memang jalan yang di berikan Alloh semoga Alloh memudahkan niat baik dan do'anya. Maka si Bapak tua memberikan saran, kalau teman ini berkenan, membeli tanah dan mewakafkannya ke Kampung Kelurahan untuk dapat dibuat masjid disana. Dan alhamdulillah, segala puji bagi Alloh SWT, si teman ini menyetujui saran dari Bapak tua ini setelah melihat langsung kondisi masjid itu.
Akhirnya, dibelilah tanah disamping Masjid Desa Kelurahan itu, dan diwakafkan ke Desa tersebut dengan perjanjian bahwa tanah wakaf tersebut hanya untuk pendirian masjid saja tidak boleh lainnya. Sekarang yang menjadi kendala adalah, bagaimana mencari dana untuk pendirian masjid itu. Si Bapak tua ini merasa langkahnya tidak sepanjang dulu seperti saat masih bekerja. Beliau sudah pensiun. Tetapi Beliau tidak mau menyerah. Dari beberapa teman, perkumpulan, beliau selalu sharing tentang kondisi masjid tersebut. Tetapi dana belum terkumpul. Akhirnya si Bapak mengambil keputusan. Beliau mengumpulkan putra-putrinya, dan meminta ijin untuk menjual tanah yang seharusnya diwariskan kepada anak-anaknya, untuk dana pembangunan masjid. Dan anak-anak Beliau ternyata mengijinkan, dan diperolehlah dana untuk modal awal pembangunan masjid itu. Alhamdulillah.
Dibuatlah kesepakatan dengan desa, bahwa dana akan diserahkan seluruhnya kepada desa itu untuk pembangunan masjid, tetapi desa juga harus membantu, dari kas desa, dari hasil panen warga untuk sedikit disumbangkan dan dari perorangan. Dan pelaksanaannya dilakukan oleh warga kampung itu sendiri pula, yang mampu bekerja sebagai tukang kayu, tukang batu dll. Makan dan minum pekerja ditanggung warga bergantian, disediakan oleh ibu-ibu semampunya. Gotong Royong. Kalian bisa membayangkan, jaman sekarang masih ada gotong royong seperti itu? Subhannalloh..!!!!
Si Bapak tua pun tidak berhenti sampai disini. Beliau mengajak lagi semua orang, kenalan, komunitas, teman bermain olahraganya, bahkan semua saudaranya : adik, anak, cucu, semuanya, agar mau melihat kondisi masjid itu dan ikut membantu sekedarnya seikhlas mungkin. Karena bahan-bahan material tentu saja tidak bisa diupayakan sendiri oleh warga, tapi memang harus membeli. Dan alhamdullillah sekarang pembangunan masjid sudah berjalan dan hampir 60%.
Nah...inilah cerita Earth...
Kalau teman-teman ada yang berkenan untuk turut membantu pendirian masjid di Desa Kelurahan itu, silahkan menghubungi Earth melalui email di nfr.earth@gmail.com atau melalui twitter Earth di @EmakEarth baru nanti akan Earth lampirkan no kontak untuk menghubungi Earth dan InsyaAlloh amanah teman2 akan Earth langsung sampaikan ke si Bapak tua tersebut.
Ini adalah upaya terakhir Earth membantu Bapak tua itu....
karena.....Bapak tua itu adalah orang yang membesarkan Earth sampai menjadi sekarang ini....
ayo Bapak,.......se\m/angaaattt.....
kita jangan menyerah yaaaa
Bismillah.......
ayo teman-teman, kalian yang menjadi apinya ya
disini sudah tersedia sekam nya
Barakallah....
amiiinnn Ya Robbal 'alamin
Langganan:
Postingan (Atom)