Life is too short to wake up in the morning with regrets. So, love the people who treat you right. Forget about the ones who don't, and believe that everything happens for a reason. If you get a change, take it. If it changes your life, let it. Fight your day with your heart, get win and never surrender for what you believed. Always spread love, always thankfull for what God gives to us. Remember, no body said it would be easy. They just promised it would be worth it.



Minggu, Januari 30

Tukang parkir juga manusia

Pernahkah terpikir oleh kita, apa salah satu hal yang membedakan kebiasaan orang Indonesia dengan orang bule? Salah satunya adalah penggunaan tangan kita. Menurut mereka (bule), sah-sah saja memberi ataupun menerima dengan tangan kiri. Kalau orang kita, apalagi yang muslim, seperti anjuran nabi, bahwa lebih baik menggunakan tangan kanan daripada tangan kiri. Dan selain dikaitkan dengan agama, maka hal tersebut adalah demi kesopanan. Karena katanya, bangsa kita adalah bangsa yang sopan. Benarkah? Kata siapa coba?

Apa yang saya alami pada hari jumat menjelang sore, saat pulang dari beli oleh-oleh untuk diberikan ke my lovely sons, pas ambil motor dari parkiran, bapak tukang parkir lagi ngomel-ngomel, tapi bukan ditujukan ke saya lho. Katanya : "Saya paling tidak suka dengan orang yang memberikan dengan tangan kirinya. Sudah ngasihnya cuman lima ratus rupiah, pake tangan kiri lagi. Memangnya dia itu siapa, orang kaya?. Wong cuman pakai motor, ngasihnya juga lima ratus rupiah." Tentu saja semua omelannya menggunakan bahasa Jawa, karena kejadiannya di tanah Jawa. Dan kalimat tersebut diulang-ulang, untuk menunjukkan betapa kesalnya dia. Dan yang bisa saya lakukan hanyalah tersenyum kepada bapak tukang parkir, siapa tahu senyuman saya bisa mengademkan hatinya yang panas. Cieeee... Efek lainnya adalah saya harus memberikan jasa uang parkir lebih dari lima ratus. Biar tidak kena semprot juga. Hehehe, dan tak lupa dengan tangan kanan juga. Walaupun secara kebetulan saya memang jarang memberikan sesuatu ke orang lain dengan tangan kiri, karena orangtua mengajarkan saya cara yang demikian. 

Apa yang saya saksikan menunjukkan bahwa tukang parkir perlu juga dihormati atas keberadaannya. Bahwa mereka juga harus diorangkan. Dan terkadang walaupun kita berpikir pragmatis, dan ingin hal-hal yang sepele tidak perlu diributkan, kadang kita lupa dimana kita berada. Ada pepatah mengatakan, "Dimana kita tinggal, disitu langit dijunjung". Saya rasa itu merupakan ungkapan untuk mengetahui dan menghormati adat istiadat setempat, tanpa mempedulikan kita suku apa dan beragama apa. Walaupun tidak jarang pula, seperti yang sering saya temui, banyak pula tukang parkir yang seenaknya sendiri, maunya cuma nerima uangnya tapi tidak mau membantu saat kita mau mengeluarkan motor atau mobil. Dan apakah mereka mau bertangung jawab saat terjadi kehilangan helm, motor atau bahkan mobil?  Jangan harap !!. Bahkan teman saya tidak pernah percaya dengan aba-aba sang tukang parkir saat mengeluarkan mobilnya. Pengalamannya adalah saat aba-aba : "Kiri-kiri, kanan, bales, yak mundur dikit, dikit lagi... Brak,..yak stop!" heheheheh.  

Ya begitulah manusia, sama seperti saya, merasa yang paling benar tetapi seringkali lupa akan kekurangan diri sendiri. Semoga dengan kejadian ini, paling tidak walaupun saya sering merasa paling benar, saya dapat memanusiakan manusia seperti keinginan saya dimanusiakan pula oleh manusia. Karena kenyataannya saya memang manusia dan bukan makhluk lain, cuma manusia, bukan hewan, tumbuhan dan yang jelas bukan mahkluk halus pula. Begitulah kira-kira.  (earth)

 

 

Kamis, Januari 20

Something happened in that road..!!

Hari ini waktunya pulang balik ke Jogja.. karena pantura jalan macet dan rusak, jadi saya harus lewat Semarang karena saya biasanya lewat jalur Purwodadi-Solo-Jogja. Jalur yang saya lewati adalah jalan Muntilan-Jogja yang terkena banjir lahar dingin, dan sempat membuat terperangah karena pasir setinggi 3 meter ada di kanan-kiri jalan utama. Lebih mengerikan daripada yang saya lihat di televisi. Dan hari Minggunya saya harus kembali menyaksikannya karena harus mengantar saudara. Dan karena pocket camera saya selalu ada di tas, karena mengingat kadang-kadang ada moment yang tidak direncanakan, jadi inilah hasil jepretan saya dari dalam mobil yang berjalan.  
 
Perhatikan daun-daun pohon kelapa di gambar samping. Hampir semua pohon kelapa di daerah Jumoyo daunnya luruh kebawah. Kemungkinan besar karena tidak kuat menahan beban pasir ataupun abu. Tapi tanaman tersebut bertahan hidup.



Beberapa warga asik melihat sungai yang penuh dengan batuan besar, dan bayangkan timbunan pasir dan batu raksasa ada di pinggir jalan





Diseberang jalan, banyak kendaraan mobil dan motor yang berhenti disatu tempat, sehingga membuat kami penasaran pula ingin tahu sebenarnya apa yang membuat warga berkerumun, n' lets see this :


oooo... ternyata sungai kali putih yang jadi tontonan
Tetep aja saya masih heran, kok bisa sungai itu menghanyutkan batu-batu raksasa dan membawanya ketengah jalan raya. Bukankah kalau dilogika juga, air meresap ke tanah/pasir... tapi buktinya derasnya air malah membawa tumpukan pasir setinggi 3-4 meter ke jalan.. Subhanalloh.. hanya Yang Diatas yang tahu.

Lihat perbandingan tinggi my eci dengan batu di deketnya, cuman dia bukannya terpesona sama besarnya batu, tetapi bekas pohon kelapa yang masih tertancap kuat akarnya tapi hilang batang dan daunnya. 

Tapi semua bencana ada hikmahnya. Betul ? Yaa.. paling tidak seperti yang saya lihat saat itu memang iya. Ada sebagian yang dapat mengambil manfaat secara ekonomis. Check it out :

atau mungkin yang skala besar seperti ini :
Dan mungkin batu-batu yang mulai dipecah warga untuk membangun kembali rumah mereka yang terkena dampaknya. Paling tidak, sudah tidak perlu beli batu untuk pondasi.
Aaaahhh.. benacana selalu menyisakan getir. Semoga Jogja tidak mengalami bencana lagi. Juga daerah lain di Indonesia. Bencana seharusnya membuat kita tafakur, semakin bersujud kepadaNya. Koreksi atas apa yang telah kita lakukan selama ini. Karena semua hanya peringatan, bahwa hidup kita juga tak kan lama. Saya pernah berpikir, bahwa pemusnahan ras manusia yang paling ampuh adalah dengan bencana, dan akan digantikan oleh ras-ras yang baru. Jadi dengan adanya bencana menjadikan kita harus waspada, kapan kita akan digantikan oleh penerus kita, dan apa bekal kita di kehidupan kelak. Cuman pendapat..!!!

Minggu, Januari 9

Hari yang luar biasa

Perjalanan ke kantor yang penuh perjuangan. Karena suami sakit, ticket travel untuk keberangkatan Minggu malam terpaksa dibatalkan. Kemungkinan besar cuti untuk merawat suami. Alhamdulillah Minggu pagi sudah membaik, dan tetap berangkat ke Kantor, otomatis aku juga berangkat pula. Bagian ticketing travel tidak dapat mengabulkan permintaan mendadakku, karena ada pemberitahuan jalan ke Kota Kudus macet total, dan ditutup, kalau mau, saya harus turun Pati. Lha ngapain aku ke Pati. Akhirnya, ada kabar dari driver nya kalo' nanti ada motor yang membawa dia (gantian sopir) ke Kudus. Hehehe.. ya, karena Bis-bis yang jurusan semarang juga dialihkan, aku tetep naek travel itu.Ternyata ada penumpang tambahan, jadi jam keberangkatan jadi molor. Ternyata lagi, sampai pertigaan Cengkal Sewu (arah ke Kudus,Pati, dan Purwodadi), aku harus menunggu dulu beberapa saat sampai motor jemputan kepunyaan travel dari Pati tiba.. Yaaaa... daripada gak nyampe' kantor. Tinggal ngitung berapa jam aku terlambat.... aaahhh.... Saat-saat menunggu, baru nyadar kalau kunci rumah dan kunci kamar tertinggal di kantor hari jumat kemarin. Duh. Nelpon OB suruh nganterin dan nunggu di rumah, sekalian ganti baju kantor.
Motor datang, naek lah aku, hiks.. habis naek travel, naek ojek.. (sungguh penurunan kelas yang drastis.. hahahaha). Lewat sawah-sawah hijau, kuning,..indahnya. Pegel naek motor jadi sedikit terlupakan, sawah banyak yang jadi lautan kena banjir....(kasian Pak tani), angin begitu keras.. dan.. ada beberapa remaja berfoto-foto. Halah, seperti di pantai aja. Deg-deg an karena absen yang telat, masih ada. Baru 15 menit perjalanan menentang angin yang keras, tibalah di kemacetan yang.. waduh.. Jakarta pindah Kudus deh. Nyelip sana- nyelip sini, pasrah aja sama sopir motor.  Alhamdulillah terhindar dari kemacetan. Baru jalan lagi 10 menit.. pesssss... ban kempes.. Halah..!!! Nasib-nasib. Telpon OB yang nunggu di rumah, minta suruh jemput di daerah mana, aku sendiri tidak tahu. Dipandu sama sopir travel, akhirnya sang pahlawan OB datang. Untungnya dia gak lupa bawa kunci rumah. Dirumah ambil baju kantor seadanya (belum disetrika), langsung ke kantor bareng sang OB. Tetep absen, dua kali baru bisa. Masih mending biasanya 7 kali an.. heheheh.. soalnya jariku terlalu halus sih.. cieee.. Langsung sholat dhuhur, nyari makan ke kantin. Kata Bu kantin " Habis mbak." Alamak... nasib-nasib. Akhirnya pesen nasgor masih bisa, tapi dianter bisanya jam 3 sore. Hiks.. 
Dan apakah aku akan dapat reward atas perjuangan ku ke kantor hari ini? Jelazz,.. rewardnya adalah : Potong gaji. Semoga tidak kena sanksi. Tapi sekali lagi pasrah aja... Tinggal nunggu sinyal lampu merah aja dari suami. Heheheheh... 
Seperti biasanya, berbisik dalam hati : I hope it's worth it..!!!

Rabu, Januari 5

Encouragement = Pengobaran se\m/angat

Pada akhir tahun, saya harus memberikan penilaian kepada anak buah. Demikian pula saya akan dinilai oleh atasan saya. Di instansi dimana saya bekerja, range nilai adalah 1-100, dan saya tidak akan memberikan nilai 100 kepada anak buah saya, karena dia bukan robot, yang tidak pernah meninggalkan tempat duduknya, yang bekerja tanpa keletihan dan istirahat. Tetapi saya nilai dia dengan nilai baik dalam range yang diterima. Dan saya pun berharap atasan saya juga memberi nilai baik kepada saya, karena saya pikir kerja saya tidak buruk-buruk amat. 

Saya jadi teringat akan milist teman luar biasa saya, (thanks alien..!!), yaitu tulisan dari DR Rhenald Khasali, yang dalam postingan tersebut beliau menjabat sebagai Ketua Program MM UI, dengan judul "Pendidikan Kita". Dalam tulisan tersebut menerangkan apa yang dialami oleh beliau ketika putranya mendapat nilai bagus untuk pekerjaan yang menurut beliau biasa-biasa saja (di luar negeri), dan beliau membandingkan dengan sistem pemberian nilai dan apresiasi yang terjadi di negara kita tercinta, Indonesia. Disana tertulis :

"Pada saat kembali ke Tanah air, banyak hal sebaliknya sering saya saksikan. Para pengajar bukan saling menolong, malah ikut "menelan" mahasiswanya yang duduk dibangku ujian. Ketika seseorang penguji atau promotor membela atau meluruskan pertanyaan, penguji marah-marah, tersinggung dan menyebarkan berita tidak sedap seakan-akan kebaikan itu ada udang dibalik batunya. Saya sempat mengalami frustasi yang luar biasa menyaksikan bagaimana para dosen menguji, yang maaf, menurut hemat saya sangat tidak manusiawi. Mereka bukan melakukan encouragement, melainkan discouragement.  Saya ingat betul bagaimana guru-guru di Amerika memajukan anak didiknya. Saya berpikir pantaslah anak-anak disana mampu menjadi penulis karya-karya ilmiah yang hebat, bahkan menerima hadiah Nobel. Bukan karena mereka mempunyai guru yang pintar secara akademis, melainkan karakternya sangat kuat: karakter yang membangun, bukan merusak. Kembali ke pengalaman anak saya diatas, ibu guru mengingatkan saya, "Janganlah kita mengukur kualitas anak-anak kita dengan kemampuan kita yang sudah jauh kedepan".  

Dan apa yang dialami oleh Bp Rhenald pernah saya alami juga. Ketika bimbingan tesis, sepanjang perjalanan memasuki kampus, saya membaca al fatehah dan surat-surat pendek, berulang-ulang dalam hati. Untuk apa ? untuk menenangkan diri karena akan bertemu Ibu Professor pembimbing saya yang menurut saya angker. Dan berharap semoga lancar. Entah karena doa-doa saya atau saya memang beruntung, 3 kali bimbingan proposal sampai bab 3 lancar. Tapi memasukin ruang bimbingan, badan panas dingin. Sedangkan teman-teman saya golongan orang-orang yang tidak seberuntung saya, karena proposal saja sudah hampir 1-2 bulan masih harus diperbaiki. Tetapi pada saat, analisis penelitian, saya pernah dijanjikan untuk bertemu hari H jam H. Posisi saat itu dirumah tidak ada pembantu, dan kakak masih kelas 5 SD, adik masih TK kecil. Terpaksa mereka harus kutinggal untuk berangkat ke kampus, dengan janji cuma sekitar 1 jam sudah sampai rumah lagi. Ternyata setelah menunggu, beliau minta ketemu 2 jam lagi. Dua jam ? sedangkan anak-anak sendiri dirumah.. duh, airmata dah mbrabak mau keluar aja. Itu belum seberapa. Seorang mahasiswa dari Bali yang sebimbingan dengan saya menceritakan kalau proposalnya pernah dibanting ke lantai, dan mahasiswa itu walaupun takut, nekat mengambil proposal itu dan diberikan lagi ke Beliau... hahahahaha.

Aaah.. belum lagi pas pengujian, di uji 3 orang dosen penguji termasuk sang Ibu Professor, dan menurut saya (optimis), saya bisa menjawab semua dengan lancar, tapi apa nilai saya dari kerja keras saya ? B. Ya cuman B. Padahal saya berharap lebih. Dan yang membuat kecewa, nilai tersebut dikeluarkan setelah seminggu pengujian, jadi tidak langsung... aaah... Apa beliau-beliau masih ingat saya diantara sekian ribu mahasiswa? ..hiks... jadi yaa sampai sekarang saya masih penasaran dengan nilai saya tersebut... hahahahah.. tapi ya sudahlah...

Ini saya kutip lagi dari tulisan DR Rhenald :
"Sekolah yang membuat kita tidak nyaman, mungkin telah membuat kita menjadi lebih disiplin. Namun dilain pihak dia juga bisa mematikan inisiatif dan mengendurkan semangat. Mari kita renungkan dan mulailah mendorong kemajuan, bukan menaburkan ancaman atau ketakutan. Bantulah orang lain untuk maju, bukan dengan menghina atau memberi ancaman yang menakut-nakuti"

Senin, Januari 3

Menulis... Kenapa tidak?

Saya penggila buku dan saya tidak punya genre khusus ketika memilih suatu bacaan, tidak memilih pengarang tertentu pula. Tetapi bila seorang pengarang yang menurut saya bagus seringkali saya mengambil beberapa bukunya pula. Berharap buku lainnya akan sebagus buku pertamanya. Tetapi tidak jarang pula dan sering malah, buku-buku berikutnya tidak seperti yang saya harapkan, bukannya tidak bagus tetapi seperti ada yang kurang. Dan itu menurut saya wajar-wajar saja, karena 'mood' seseorang belum pasti bagus saat dia menulis. Every books will open our mind, bahkan tulisan yang beberapa baris pun akan memberikan arti sendiri. Oleh karena itulah saya tidak punya pengarang favorit, saya baca buku apa saja yang saya kepingin baca, entah komik, entah novel, entah ensiklopedia, entah biografi, koran, buku agama....apapun, yang penting baca biar otak gak berhenti.... that's all..!!!

 Beberapa hari lalu saya mendapat sebuah buku di sebuah pameran di kota Kudus. Buku terbitan lama, berjudul "Orang Miskin Dilarang sekolah", karangan Wiwid Prasetyo. Kalau boleh jujur, saya tidak terlalu suka gaya penulisannya, tetapi like I said before : Every books will open our mind. Ada salah satu halaman yang pas sekali menurut saya, yaitu di halaman 60-62. Diceritakan bahwa tokohnya terinspirasi atas kata-kata mutiara yang dijumpainya dalam sebuah buku yang pernah dibaca oleh tokoh itu, yaitu : "Menulislah, atau kau akan menghilang dalam pusaran sejarah". Dan si tokoh karena masih SD, bertanya kepada gurunya yang digambarkan sang Ibu Guru bermata lentik di balik kaca mata minus, beralis tebal dan rambut tersanggul seperti Ibu Kartini.   Dan Ibu Guru berkata : 

Menulis itu pekerjaan panggilan hati, seorang penulis itu penjaga peradapan agar tidak punah, menulis berarti mengikat ilmu, menulis berarti seperti seorang bidan yang membantu kelahiran bayi-bayi sejarah yang akan dikenal, dirasakan, kemudian tumbuh menjadi besar. Menulis berarti membenihkan gagasan untuk ditelurkan sebelum akhirnya berkecambah seperti pohon kacang polong yang tumbuh terus-menerus hingga keatas langit. 
Bayangkanlah sebuah dunia tanpa tulisan, betapa sepinya, tak ada hiruk pikuk pengetahuan, tak ada debat intelektual, perpustakaan-perpustakaan menjadi sepi, dunia hanya diliputi kertas kosong berwarna putih. Tak ada gedung-gedung tinggi sebab tak ada yang menulis tentang teknik konstruksi bangunan, tak ada tanaman bonsai sebab para ilmuwan tak menuangkan bagaimana ilmu mengarbit tanamannya dalam sebuah tulisan. Tak ada pemerintahan bercorak nasionalisme, sebab para penggagasnya hanya memikirkan ide itu di dalam otaknya.  
Menulis itu untuk mengekalkan kita, menulis bisa juga sebagai amal shalih kita yang selama ini tak pernah kita sadari sebagai amal shalih. Banyak orang di dunia ini datang dan pergi tanpa sesuatu yang berarti, mereka datang seperti mendung dan menghilang seperti hujan, bahkan jejak-jejaknya sendiri menguap tanpa bekas.




aaahhh... luar biasa bukan. 
So, writing,...why not ?

Sabtu, Januari 1

new year eve...

2011  .... hari baru, bulan baru di tahun baru. Dalam wikipedia, tahun baru adalah perayaan dimana suatu budaya merayakan berakhirnya masa satu tahun dan menandai dimulainya hitungan tahun selanjutnya. Budaya yang mempunyai kalender tahunan semuanya mempunyai perayaan tahun baru. Hari tahun baru di Indonesia jatuh pada tanggal 1 Januari karena Indonesia mengadopsi kalender gregorian, sama seperti mayoritas negara-negara di dunia. Dan apa yang terjadi dan akan saya lakukan ketika medapat Kalender baru di penghujung tahun ? Kalender akan saya lihat dan akan saya cari dimana letak tanggal-tanggal merah berada. Sehingga dapat terancang di benak kapan jatuhnya hari libur di tahun depan, dan tentu saja kejadian itu akan berulang setiap tahunnya.

Malam tahun 2011 yang saya alami adalah kemacetan yang luar biasa ketika memasuki kota Jogjakarta. Kebetulan me and my boys pulang dari Kudus menuju Jogjakarta, pas jam 5 sore berangkat, sepulang kantor. Suasana tahun baru mulai terasa ketika akan memasuki kota Solo, di daerah Kaliyoso, iring-iringan sepeda motor dengan suara knalpot seperti sedang kampanye partai politik, sedikit menganggu sepanjang perjalanan kami, sehingga driver harus mengambil jalan memutar untuk menghindari kemacetan. Usaha kami tidak banyak membuahkan hasil, karena lepas dari Kartosuro, di Klaten lebih parah lagi, dan ternyata mereka berkumpul di sepanjang jalan di depan candi Prambanan. Begitu banyak orang, sepeda motor bersliweran, yang bikin jengkel mereka mengendarai motor pelan-pelan dilajur tengah dan ber-sms ria...halah!!! Sedangkan kami dalam kondisi capek karena perjalanan jauh dan ingin sekali segera sampai dirumah. Yang sedikit bikin miris hati adalah banyak orangtua yang membawa anaknya yang menurut saya masih terlalu kecil untuk ikut ber- euforia di malam tahun baru. Umur mereka diantara 2-3 tahun dan tertidur lelap di sepeda motor diantara orangtuanya. 

 Selebrasi semacam itu hampir beberapa tahun sudah saya tinggalkan. Keinginan untuk ber ria-ria mencari keramaian dimalam tahun baru sekarang berkurang. Mungkin karena bertambahnya usia, mungkin juga karena tergolong makhluk bumi yang aneh, sehingga sering merasa sepi ditengah keramaian dan merasa asyik ketika tempat-tempat yang seharusnya ramai seperti mall, kolam renang atau tempat wisata masih sepi pengunjung dan pulang ketika tempat itu mulai ramai berdatangan orang. Dan hebatnya, my boys tidak pernah merengek-rengek minta dianterin ke alun-alun untuk melihat pesta kembang api yang suaranya menggelegar terdengar dari rumah. Bahkan beberapa kembang api terlihat pula dari rumah. Kami selalu asyik dengan bercanda, ngemil, cari dan bikin makanan enak, nonton tipi, sampai perang-perangan dan tertidur kelelahan. Ketika kami berlibur di salah satu tempat wisatapun, malam tahun baru seringnya kecapekan karena aktifitas siangnya entah berenang atau jalan-jalan, dan lelap di kamar hotel... hahahahaha... benar-benar keluarga yang aneh bukan ?

Ada sebuah tajuk di Koran Jawa Pos pada tanggal 1 Januari 2011 yang menceritakan tentang seorang pemimpin yang merupakan salah satu dari sekian banyak orang yang dapat saya kagumi, yaitu Bapak Dahlan Iskan. Kebetulan tulisan-tulisan beliau yang begitu transparan dan apa adanya sering muncul di Koran tersebut. Diceritakan beliau melakukan live chat dengan para karyawan PLN nya untuk menyemangati hari baru di tahun baru dengan mengenakan baju ala pahlawan Tiongkok Mao Zedong... hahahhaa.. kejutan yang manis dari seorang pemimpin yang mempunyai ribuan karyawan. Dimana judul dari live chat tersebut tertuang dalam CEO's Note nya " Tahun mencangkul lebih dalam". Suatu ungkapan yang sangat dalam maknanya diartikan dari manapun. Bahkan dalam live chat tersebut ketika ada salah seorang karyawan dari daerah yang memprihatinkan akan adanya jumlah trafo di daerahnya, beliau langsung menjawab dan menyuruh saat itu juga agar karyawan tersebut menghitung trafo yang diperlukannya dan akan dikirim sekarang juga. Wuih.. don't talk only.. di tahun baru, awali hari baru dengan langsung ber' direct action' seperti beliau. Dan apakah para pemimpin di negeri kita tercinta ini, beliau-beliau yang duduk diatas kita juga melakukan tindakan nyata dan tidak hanya sekedar mengucapkan ucapan selamat tahun baru saja? Aaahh.. semoga...!! 
Dalam tulisannya beliau, mengatakan bahwa PLN telah memberikan/ mendistribusikan listrik terutama untuk perusahaan-perusahaan baru tentu akan banyak membuka banyak kesempatan pula, baik tenaga kerja, investasi dan sumbangan ekonomi secara nyata di tahun 2011, hal itu disebabkan ketika beliau berkunjung disalah satu daerah dan mendapati sebuah perusahaan yang telah berinvestasi dengan jumlah yang besar untuk membuka perusahaan tersebut, ternyata perusahaan tersebut tidak dapat difungsikan karena tidak adanya aliran listrik. Dan keadaan tersebut langsung ditindaklanjuti dengan membuka layanan secara umum untuk sambungan-sambungan listrik baru. Beliau begitu optimis untuk melangkah di tahun baru ini.

Dan berita yang miris di tahun baru ini adalah dalam hingar bingar nya New Year Eve, di salah satu kota santri terjadi peningkatan penjualan, maaf , kondom. Dan siapa yang membeli ? mereka adalah anak-anak muda atau remaja. 
Jadi, apakah pesta penyambutan tahun baru tidak perlu ? 
Tunggu dulu, siapa yang tidak memperbolehkannya ? wong nyata nya banyak sekali peminatnya, bukan hanya di kota saja, bahkan di desa-desa mereka akan berduyun-duyun ke alun-alun kota untuk ber gembira ria. Semua anak-anaknya dibawa turut serta. Semua tempat wisata akan penuh keesokan harinya. Mungkin sebenarnya mereka ingin melepaskan beban yang menghimpit di tahun lama dan berharap di tahun baru mereka tidak terhimpit beban lagi. Dan ekspresi mereka adalah dengan bergembira, menyaksikan pesta kembang api dan lain sebagainya. 
Dan bagaimana dengan kejadian-kejadian seperti pembelian kondom oleh remaja yang meningkat, miras dan narkoba pada saat perayaan tahun baru ?
Saya selalu berpikir hukum sebab akibat pasti akan ada. Disebabkan adanya perayaan dan pesta maka akibatnya akan ada beberapa hal-hal yang melekat padanya. Pada pesta ulang tahun anak-anak, ada balon, kue tart, permen dan anak-anak itu sendiri. Nah pada pesta perayaan orang dewasa, apa yang melekat ? silakan dijawab sendiri. Dan apakah itu salah ? Ya, kalau lihat dari sisi agama, kriminalitas, jelas salah dong. Nah kalau yang ditanya para pengembang kota, penjual kondom, ekonom dan yang berkaitan dengan market, belum tentu lho mereka akan menjawab bahwa itu salah. Apalagi yang ditanya penjual kembang api atau bandar narkoba...heheheheh...
aaaahhh... whatever lah,... walau bagaimanapun perayaan tahun baru akan selalu ada di setiap negara. Mau yang heboh, atau mau seperti di desa-desa yang pernah kulihat, mereka duduk di pinggir sawah malam-malam membawa kembang api kecil untuk sekedar mengajak anak mereka bergembira.
So, earth juga harus mengucapkan :
                 SeLAmaT TaHuN BaRu   2011
Semoga earth bisa pindah ke Jogja lagi.... hahahahahah...amien..!!!