Life is too short to wake up in the morning with regrets. So, love the people who treat you right. Forget about the ones who don't, and believe that everything happens for a reason. If you get a change, take it. If it changes your life, let it. Fight your day with your heart, get win and never surrender for what you believed. Always spread love, always thankfull for what God gives to us. Remember, no body said it would be easy. They just promised it would be worth it.



Senin, Januari 3

Menulis... Kenapa tidak?

Saya penggila buku dan saya tidak punya genre khusus ketika memilih suatu bacaan, tidak memilih pengarang tertentu pula. Tetapi bila seorang pengarang yang menurut saya bagus seringkali saya mengambil beberapa bukunya pula. Berharap buku lainnya akan sebagus buku pertamanya. Tetapi tidak jarang pula dan sering malah, buku-buku berikutnya tidak seperti yang saya harapkan, bukannya tidak bagus tetapi seperti ada yang kurang. Dan itu menurut saya wajar-wajar saja, karena 'mood' seseorang belum pasti bagus saat dia menulis. Every books will open our mind, bahkan tulisan yang beberapa baris pun akan memberikan arti sendiri. Oleh karena itulah saya tidak punya pengarang favorit, saya baca buku apa saja yang saya kepingin baca, entah komik, entah novel, entah ensiklopedia, entah biografi, koran, buku agama....apapun, yang penting baca biar otak gak berhenti.... that's all..!!!

 Beberapa hari lalu saya mendapat sebuah buku di sebuah pameran di kota Kudus. Buku terbitan lama, berjudul "Orang Miskin Dilarang sekolah", karangan Wiwid Prasetyo. Kalau boleh jujur, saya tidak terlalu suka gaya penulisannya, tetapi like I said before : Every books will open our mind. Ada salah satu halaman yang pas sekali menurut saya, yaitu di halaman 60-62. Diceritakan bahwa tokohnya terinspirasi atas kata-kata mutiara yang dijumpainya dalam sebuah buku yang pernah dibaca oleh tokoh itu, yaitu : "Menulislah, atau kau akan menghilang dalam pusaran sejarah". Dan si tokoh karena masih SD, bertanya kepada gurunya yang digambarkan sang Ibu Guru bermata lentik di balik kaca mata minus, beralis tebal dan rambut tersanggul seperti Ibu Kartini.   Dan Ibu Guru berkata : 

Menulis itu pekerjaan panggilan hati, seorang penulis itu penjaga peradapan agar tidak punah, menulis berarti mengikat ilmu, menulis berarti seperti seorang bidan yang membantu kelahiran bayi-bayi sejarah yang akan dikenal, dirasakan, kemudian tumbuh menjadi besar. Menulis berarti membenihkan gagasan untuk ditelurkan sebelum akhirnya berkecambah seperti pohon kacang polong yang tumbuh terus-menerus hingga keatas langit. 
Bayangkanlah sebuah dunia tanpa tulisan, betapa sepinya, tak ada hiruk pikuk pengetahuan, tak ada debat intelektual, perpustakaan-perpustakaan menjadi sepi, dunia hanya diliputi kertas kosong berwarna putih. Tak ada gedung-gedung tinggi sebab tak ada yang menulis tentang teknik konstruksi bangunan, tak ada tanaman bonsai sebab para ilmuwan tak menuangkan bagaimana ilmu mengarbit tanamannya dalam sebuah tulisan. Tak ada pemerintahan bercorak nasionalisme, sebab para penggagasnya hanya memikirkan ide itu di dalam otaknya.  
Menulis itu untuk mengekalkan kita, menulis bisa juga sebagai amal shalih kita yang selama ini tak pernah kita sadari sebagai amal shalih. Banyak orang di dunia ini datang dan pergi tanpa sesuatu yang berarti, mereka datang seperti mendung dan menghilang seperti hujan, bahkan jejak-jejaknya sendiri menguap tanpa bekas.




aaahhh... luar biasa bukan. 
So, writing,...why not ?

Tidak ada komentar: